Kamis 23 Sep 2021 17:31 WIB

Kasus Komplikasi Jantung Meningkat Selama Pandemi

Perubahan gaya hidup hingga melewatkan 'check up' sebabkan kasus komplikasi jantung.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Perubahan gaya hidup hingga melewatkan 'check up' sebabkan kasus komplikasi jantung.
Foto: www.freepik.com.
Perubahan gaya hidup hingga melewatkan 'check up' sebabkan kasus komplikasi jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi berdampak pada beberapa hal, termasuk perubahan gaya hidup. Selama lockdown, banyak orang cenderung tidak melakukan aktivitas fisik. Menurut dokter, hal itu berkontribusi terhadap peningkatan kasus komplikasi jantung.

Dilansir laman Quint, Kamis (23/9), karantina wilayah yang disebabkan pandemi menyebabkan perubahan pola tidur dan makan yang mengarah ke obesitas, diabetes, dan hipertensi. Semua hal itu berhubungan langsung dengan penyakit kardiovaskular (CVDs) yang merupakan pembunuh nomor satu secara global.

Baca Juga

Selain itu, pandemi juga membuat masyarakat semakin ragu untuk berobat ke dokter untuk memeriksakan kesehatan.  Ketakutan tertular virus menjauhkan banyak orang dari pemeriksaan rutin. Hal itu membuat beberapa pasien yang sudah menderita sakit jantung mengalami komplikasi karena tidak rutin melakukan check up.

“Peningkatan jumlah pasien dengan komplikasi jantung semakin meningkat dari hari ke hari, karena jumlah konsultasi untuk komplikasi jantung pasca Covid seperti miokarditis secara bertahap meningkat,” kata Konsultan Senior Bedah Kardiotoraks dan Vaskular Rumah Sakit Indraprastha Apollo, Dr Mukesh Goel.

Miokarditis adalah peradangan otot jantung yang ditandai dengan nyeri dada, detak jantung tidak normal, dan sesak napas. Infeksi Covid membuatnya menambah masalah. 

Orang-orang dalam pemulihan pasca-Covid menghadapi komplikasi seperti itu karena peradangan dan kerusakan yang disebabkan oleh virus di dalam tubuh. Kerusakan tersebut menjadi lebih mudah jika ada bagian tubuh yang sedikit tidak sehat.

Menurut Ketua Cardiac Sciences Fortis Hospital Noida, Dr Ajay Kaul, alasan peningkatan jumlah kasus setelah pandemi ini ditandai dengan adanya berbagai gangguan jantung, seperti palpitasi peningkatan jumlah serangan jantung Tipe 2. Serangan jantung ini disebabkan oleh aliran darah yang sangat terbatas, hipotensi postural, yaitu tekanan darah rendah,  dan kelelahan yang berlebihan. 

"Infeksi virus Covid berperan atas masalah ini," kata Ajay Kaul.

Dia melanjutkan, sebagian besar pasien sudah sembuh total dari Covid dan saat ini mengalami palpitasi atau rasa lelah yang berlebihan. "Kami melihat dua hingga tiga pasien setiap hari datang karena masalah ini," tambahnya.

Kesehatan jantung, jika diabaikan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius. Sebab, CVD merupakan penyebab kematian terbesar secara global.

Oleh karena itu, menurut Goel, pemeriksaan kesehatan preventif memang diperlukan. Orang-orang disarankan untuk tidak menunda check up yang telah dijadwalkan ke dokter. Para dokter juga menyarankan untuk mengikuti gaya hidup sehat, di antaranya adalah pola makan yang bergizi dan seimbang, tidur yang cukup, dan latihan fisik secara teratur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement