REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Bank Indonesia Jawa Barat kembali bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat, OJK dan BMPD Jawa Barat menyelenggarakan Puncak Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2021, dengan showcasing UMKM terpilih.
Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, showcasing KKI Jawa Barat kali ini mengusung tema “Green Growth Economy, Lestari Alamku, Lestari Bisnisku”. Showcasing menampilkan produk UMKM mitra BI Jawa Barat yang telah menerapkan konsep green economy dalam pengembangan produknya. Salah satu yang ditampilkan adalah 4 (empat) Wirausaha Unggulan BI Jawa Barat (WUBI) di produk fashion yang berkolaborasi dalam sebuah brand “SAGARAYASA”.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar, Herawanto, keempat wirausaha muda tersebut merupakan 4 dari 24 WUBI tahun 2021 yang telah menjadi mitra BI Jawa Barat dan disiapkan menjadi New UMKM sebagai kekuatan ekonomi nasional yang bercirikan pemanfaatan digital secara end-to-end dan berorientasi ekspor.
Menurutnya, konsep green economy yang diusung SAGARAYASA dilakukan mulai dari pemilihan bahan baku benang dan kain yang bersumber dari limbah yang diolah lebih lanjut dan pewarnaan yang menggunakan bahan-bahan alam.
"Bahkan, dalam mewujudkan karyanya, SAGARAYASA memberdayakan tenaga kerja, khususnya wanita (ibu-ibu) yang berada di lingkungan sekitar. Hal ini sebagai wujud upaya memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar," ujar Herawanto, di acara Karya Kreatif Indonesia 2021 yang digelar Bank Indonesia Jabar di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Kamis (23/9).
Herawanto mengatakan, berbagai prestasi menggembirakan telah berhasil diraih SAGARAYASA. Salah satunya, berhasil mengikuti Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) showcase di Sydney, Australia.
Herawanto menjelaskan, di KKI semua pihak bersinergi mendukung UMKM yang berkualitas dengan menggunakan teknologi dan produknya bisa diekspor. "Jabar ini kan gudangnya kreativitas inovasi. Ini yang harus didorong oleh NKRI agar UMKM naik kelas untuk ekspor," katanya.
Selain itu, dengan konsep green economy maka UMKM diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berwawasan lingkungan. "Bentuk dukungan BI, kami memberikan sarana prasarana, membantu menemukan jalan ekspor. Bahkan, kita pertemukan UMKM kreatif dengan agregator yang bisa mengekspor dan ada perbankannya juga karena smua butuh pembiayaan," paparnya.
Sementara menurut salah satu penggagas SAGARAYASA, Ratih Miranti, ia dan ketiga temannya semua lulusan wira usaha Bank Indonesia 2001 yang berasal dari 4 brand tapi memiliki misi yang sama.
"Kami himpun kekuatan dengan kolaborasi jadi bisa. Dari 4 brand kami visinya ingin suistanble fashion karena kan tekstil salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia," katanya.
Oleh karena itu, menurut Ratih, ia dan rekan-rekannya sepakat membuat produk ramah lingkungan dengan mengolah limbah tekstil yang diolah lagi jadi benang, kemudian di pintal menjadi kain dan dibuat kembali menjadi baju siap pakai. "Kami memang baru berdiri tapi sudah punya toko offline dan online. Kami juga ke Sydney karena ingin menduniakan tenun Sagarayasa ini," katanya.
Terkait harga kain, Ratih mengatakan, harga kainnya mulai dari Rp 300 sampai harga yang premium mencapai Rp 4,5 juta. Pandemi pun, kata dia, tak akan menghentikan pihaknya berkarya. Karena, SAGARAYASA justru memberdayakan masyarakat yang di PHK dan terdampak pandemi.
"Ada sekitar 20 masyarakat yang kami pekerjakan di tempat kami produksi di Banjaran. Kita bantu ibu-ibunya tetap kreatif dan produktif dengan memberdayakan mereka," kata Ratih seraya mengatakan SAGARAYASA sendiri, sagara artinya empat atau samudra untuk mewakili kecintaan ke lingkungan dan Yasa berarti termashur karena harapannya ingin terkenal agar bisa semakin mengedukasi pentingnya mengolah limbah tekstil ke masyarakat.
Menurut Ketua Dekranasda Jabar Atalia Praratya Kamil, dampak pandemi Covid-19 menghantam seluruh sektor ekonomi, salah satunya Koperasi dan UMKM. Walaupun, saat ini kondisinya mulai membaik.
"Saat ini sudah membaik, alhamdulillah. Kita berharap kolaborasi yang dilakukan dengan berbagai pihak bisa memunculkan percepatan ekonomi di Jawa Barat," kata Atalia.
Atalia mengatakan, di tengah persaingan ekonomi, pelaku koperasi dan UKM ini harus terus berinovasi. Ia pun, mengapresiasi langkah BI Jabar yang bermitra dengan para pelaku koperasi dan UKM ini yang menghasilkan produk Green Economy.
"Kulit kopi bisa menjadi kain tas danlainnya. Ada kain bekas yang diolah ulang menjadi kualitas lebih baik dan serabut kepala yang bisa jadi tambang dan lainnya," kata Atalia.