Kamis 23 Sep 2021 19:44 WIB

Negara Afrika Serukan Kesetaraan Akses Vaksin di PBB

Pandemi telah mengekspose ketidaksetaraan yang menakutkan di dunia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Peta Afrika
Foto: mkalty.org
Peta Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menyerukan akses global yang adil terhadap vaksin Covid-19. Menurutnya, hal itu merupakan inti untuk memulihkan dunia dari pandemi.

“Untuk membangun kembali dengan sukses membutuhkan respons di seluruh dunia dalam kepercayaan dan investasi guna memungkinkan produksi serta konsumsi bangkit kembali ke tingkat pra-pandemi. Cara paling pasti untuk membangun kepercayaan itu adalah dengan membuat vaksin tersedia bagi dunia, dengan cara yang adil dan dapat diakses,” kata Kenyatta dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada Rabu (22/9), dikutip laman UN News.

Baca Juga

Dia menilai, ketimpangan dalam pasokan vaksin yang terjadi saat ini mencerminkan kebutuhan perbaikan sistem multilateral. Sebelumnya, Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed turut menyuarakan pentingnya akses vaksin yang adil.

Mohamed mengatakan, pandemi telah mengekspose ketidaksetaraan yang menakutkan di dunia. Tingkat respons yang berbeda menyingkap kesenjangan besar antara negara maju dan berkembang. “Sangat penting untuk menyadari bahwa menanggapi Covid-19 membutuhkan komitmen baru vaksinasi untuk semua,” ujarnya pada Selasa (21/9).

Menurutnya, keselamatan manusia adalah landasan dari setiap pemulihan berkelanjutan dari pandemi yang menghancurkan. Mohamed mengungkapkan, krisis yang terjadi akibat pandemi telah membuat orang di seluruh dunia menderita.

Dia menyebut fase saat ini sebagai periode yang sangat tidak pasti dalam sejarah manusia. “Namun, ketidakpastian dan ketidakmampuan itu berbeda: Saya sangat percaya bahwa kita sebagai komunitas bangsa mampu dan harus pulih bersama dengan tetap berharap,” ujar Mohamed.

Dia mengatakan, sepanjang sejarah, umat manusia telah menghadapi berbagai tantangan. “Tapi semangat dan tekad kolektif kita untuk belajar, berbagi, maju, dan sejahtera melalui kemitraan yang efektif tidak pernah dikalahkan,” ucapnya.

Pekan lalu, Direktur Africa’s Centers for Disease Control, John Nkengasong, mengungkapkan, sejauh ini jumlah warga Afrika yang telah divaksinasi kurang dari 3,5 persen. Afrika jadi benua yang paling tertinggal dalam vaksinasi.

 

Uni Afrika menuding produsen vaksin Covid-19 tak memberi kesempatan adil bagi negara-negara Afrika untuk membeli produk mereka. Uni Afrika mendesak negara-negara produsen, khususnya India, mencabut pembatasan ekspor vaksin dan komponennya.

“Produsen itu tahu betul bahwa mereka tidak pernah memberi kami akses yang layak. Kami bisa menangani ini dengan sangat berbeda,” kata Utusan Khusus Uni Afrika untuk Covid-19, Strive Masiyiwa, dalam pengarahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, pada 14 September lalu.

 

Dari 5,7 miliar dosis vaksin Covid-19 yang diberikan di seluruh dunia sejauh ini, hanya dua persen disalurkan ke Afrika. Masiyiwa menekankan, Uni Afrika memiliki target untuk memvaksinasi 60 persen populasinya. Mereka dan para mitranya berharap membeli separuh dari jumlah dosis yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara sisanya diharapkan dapat diperoleh dari sumbangan Covax yang didukung WHO dan Gavi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement