Kamis 23 Sep 2021 20:08 WIB

PTM Tingkat PAUD dan Dilema Orang Tua

Orang tua mengaku khawatir, tetapi menginginkan anak mereka kembali ke sekolah.

Sejumlah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar saat uji coba pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di Taman Kanak-Kanak (TK) Assalaam, Jalan Sasak Gantung, Kota Bandung. (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar saat uji coba pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di Taman Kanak-Kanak (TK) Assalaam, Jalan Sasak Gantung, Kota Bandung. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Uji Sukma Medianti, Eva Rianti, Ronggo Astungkoro

Uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) telah mulai digelar di berbagai daerah termasuk di tingkatan usia terendah yakni pendidikan anak usia dini (PAUD). Salah satu daerah yang percaya diri membuka kembali PAUD adalah Kota Bekasi, Jawa Barat.

Baca Juga

Sejak Senin (20/9), setidaknya, ada 1.226 sekolah tingkat PAUD di Kota Bekasi sudah memulai PTM. Berdasarkan pantauan Republika di TK Negeri Pembina, Jalan Belut Raya Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, dua tingkat kelas sudah memulai pembelajaran.

Sekolah dibagi menjadi dua tingkat, yakni untuk nol besar dan juga nol kecil. Tiap kelas dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, dimulai pukul 08.00 pagi hingga 09.00 pagi.

Kemudian, sesi kedua dimulai pukul 09.00 pagi menjadi 10.00 pagi. Salah satu orang tua murid, Fitri (29), mengatakan, anaknya yang berusia 6 tahun antusias mengikuti PTM pertamanya ini.

Fitri tinggal tak jauh dari lokasi sekolah. Anak laki-lakinya masuk ke TK sebagai syarat sebelum memasuki jenjang sekolah dasar (SD).

"PTM ini sudah 3 hari dari hari Senin. Kalau anak-anak cukup antusias ya namanya ketemu sama teman-teman baru," terang dia saat ditemui Republika, Rabu (23/9).

Fitri mengatakan, seharusnya sang anak mulai belajar pada pembukaan pembelajaran pada Juli 2021 lalu. Namun, saat itu kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya sehingga pelaksanaan PTM pun ditunda.

"Harusnya kan Juli, tapi baru bisa masuk tatap muka ya tanggal 20 kemarin," terang dia.

Fitri mengaku khawatir, namun menurutnya, sekolah tatap muka juga bertujuan agar anaknya bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebelum masuk SD. Oleh karena itu, dia tetap ikut mengawasi jalannya PTM.

"Khawatir ada, tapi anak-anak perlu belajar bersosialisasi juga," kata ibu satu orang anak ini.

Dari pantauan Republika di lokasi, anak-anak yang sekolah nampak mengenakan masker. Anak-anak diizinkan untuk bermain di area bermain seperti perosotan, ayunan dan sarana permainan lainnya. Begitupun dengan orang tua murid yang mengantarkan.

Sayangnya, pihak guru yang ada di sekolah enggan memberikan komentar terkait penyelenggaraan uji coba PTM ini. Saat dikunjungi ke ruang guru, terlihat sebagian besar dari mereka juga tak mengenakan masker saat berada di dalam ruang guru dan staff.

Diwawancara secara terpisah, Suci Woro (27), warga kelurahan Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menuturkan, pihaknya belum menyekolahkan anaknya secara offline. Hal ini lantaran anaknya mengikuti PAUD dengan model sekolah homeschooling.

"Kalau saya memang anak homeschooling. Bahan ajarnya dikirim ke rumah," kata Suci kepada Republika.

Seperti anak-anak seusianya, Suci mengatakan sang anak juga ingin bersekolah seperti teman-temannya. Namun, ia memberikan pengertian kepada anaknya.

Menurut dia, sekolah untuk anak di bawah 7 tahun adalah di rumah dan bersama orang tuanya. Yang terpenting, aktivitas belajar seusia anaknya dapat terpenuhi.

"Aktivitas motorik, sensorik, ngerjain worksheet, tadabbur surat pilihan, belajar kata pilihan Arab Inggris dan bahasa Indonesia," kata Suci.

Di samping itu, ia juga masih khawatir terkait klaster sekolah yang muncul dari PTM. Kendati, anaknya juga mengikuti sekolah tahfidz secara offline.

"Untuk sekolah tahfidz, dia full pakai masker ya. Cuma satu jam juga belajarnya. Gurunya pun menggunakan cadar. Terus kalau ada sakit flu sedikit enggak boleh masuk," ujar dia.

"Pulangnya juga pas sampai rumah langsung ganti semua yang dipakai tadi," kata dia menambahkan.

Dinas Pendidikan Kota Kota Bekasi mendata dari total 1.345 satuan pendidikan tingkat PAUD se-Kota Bekasi, ada 1.226 satuan pendidikan yang mengajukan permohonan belajar tatap muka terbatas. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Inayatullah mengatakan, kegiatan bermain anak-anak PAUD diperbolehkan dengan protokol kesehatan yang ketat.

"Anak-anak PAUD bermain sebetulnya tidak apa-apa asal diawasi. Makanya kita pantau dan evaluasi terus," ujar dia.

Nantinya, PTM ini akan terus dipantau dan dievaluasi secara berkala. Dia menambahkan, PTM tidak hanya menjadi tanggung jawab dinas saja. Namun, dikembalikan juga kepada dewan guru dan orang tua murid.

In Picture: Penjualan Pakaian Seragam Sekolah Mulai Naik (1)

photo
Warga membeli perlengkapan sekolah di Toko Perlengkapan Ekolah Afira, Yogyakarta, Rabu (22/9). Sejak ada wacana pembelajaran tatap muka (PTM) saat PPKM Level 3 penjualan baju seragam sekolah mulai naik. Kenaikan penjualan seragam meningkat lebih dari 50 persen sejak sepekan terakhir. - (Wihdan Hidayat / Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement