REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Pelaku usaha bioskop di Tulungagung, Jawa Timur mengaku mengalami kerugian hingga miliaran rupiah selama pandemi. Kondisi tersebut berujung pada penutupan usaha hiburan demi mencegah kerumunan yang berisiko menjadi klaster penularan Covid-19.
"Usaha tutup hampir satu setengah tahun lebih. Tidak ada pemasukan karena bioskop harus tutup sementara biaya perawatan perangkat pemutar film sangat mahal," kata manajer gedung bioskop Golden Theater, Parsoni di Tulungagung, Kamis (23/9).
Ia memberi gambaran, harga satu unit proyektor pemutar film nilainya mencapai Rp 1 miliar lebih. Padahal di tempat usaha yang dikelolanya terdapat tiga ruangan yang artinya ada tiga alat pemutar film yang harus terus dirawat agar tidak rusak.
"Satu unit proyektor ini biaya perawatannya minimal Rp 250 juta. Belum lain-lain,"ujarnya. Beruntung bioskopnya tak terlalu lama tutup. Sebab pada pemberlakuan PPKM ini, pihaknya mendapat rekomendasi dari Kemenparekraf (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) untuk diperbolehkan buka meski bersifat uji coba.
Akan tetapi penonton di bioskop ini masih minim di hari pertama. Selama uji coba, pihaknya harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Penonton betul-betul diseleksi melalui aplikasi pedulilindungi.id. Sebelum masuk mereka harus scan kode batang yang ditempel di pintu masuk bioskop.
"Yang boleh masuk yang hijau dan kuning," jelas pria paruh baya tersebut.
Anak usia di bawah 12 tahun tak diizinkan memasuki bioskop. Sebelum memulai aktivitas kembali, pihaknya mendapat pemeriksaan dari Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung.
Anggota Satgas Pengendali Operasional pada Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung Dedi Eka Purnama menjelaskan secara umum penerapan protokol kesesatan di bioskop Golden Theater sudah bagus. "Untuk sementara dari pengamatan ini sudah cukup sesuai," jelas Dedi. Dalam evaluasi ini pihaknya juga didampingi dari Dinas Pariwisata, TNI -Polri, dan Satpol PP.