REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Rumah Sakit Vertikal Indonesia (ARVI) menyatakan pandemi Covid-19 yang kian melandai di Tanah Air mendorong pasien non-Covid-19 berdatangan ke rumah sakit (RS). Mereka melanjutkan proses pengobatan mereka yang sempat tertunda.
"Sekarang ini layanan non-Covid-19 atau esensial mulai berdatangan, karena mereka selama satu tahun terhambat aksesnya ke rumah sakit," kata Ketua ARVI dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang diikuti dari kanal YouTube Komisi IX DPR di Jakarta, Kamis (23/9).
Ia mengatakan pengelola RS vertikal di Indonesia sedang dihadapkan pada kendala mengonversi tempat tidur pelayanan pasien yang sebelumnya lebih didominasi untuk proses isolasi pasien Covid-19."Ini secara hati-hati kita konversi tempat tidurnya karena juga harus tetap melayani pasien non-Covid-19, selain kita juga siap siaga untuk pasien Covid-19 seandainya masih ada," kata Lies, yang juga direktur utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Ia menjelaskan, RS vertikal di Indonesia saat ini berjumlah 35 unit yang tersebar di berbagai daerah. Seluruhnya melayani pasien Covid-19 mulai Maret 2020 sampai saat ini.
Dari total penyediaan tempat tidur perawatan pasien, menurut Lies, mencapai total 14.850 unit, sebanyak 40 persen di antaranya telah dikonversi menjadi layanan Covid-19. Selama pandemi, kata dia, RS vertikal sudah merawat sekitar 76.196 kasus yang terkonfirmasi.
Jumlah itu belum termasuk pasien suspek maupun probable pada masa awal-awal. Angka keterisian tempat tidur isolasi tertinggi berlangsung saat Covid-19 mencapai puncak pada Juli 2021 dengan jumlah pasien yang dilayani saat itu berjumlah sekitar 17.292 pasien.
"Namun untuk September ini, kami sudah mulai bertahap menurunkannya sehingga kami masih memiliki kapasitas sebanyak 3.675 bed di seluruh Indonesia," katanya.
Dalam upaya memberikan pelayanan terhadap pasien non-Covid-19, katanya, dilakukan sejumlah penyesuaian. "Kami telah melakukan zonasi pada pasien yang Covid-19 pada zona merah, sehingga rumah sakit sudah melakukan beberapa renovasi," katanya.
Pihaknya juga menambah fasilitas ruang tekanan negatif untuk mengantisipasi lonjakan Covid-19 selanjutnya. "Kami juga sudah melakukan skrining ketat pasien rawat di rumah sakit vertikal ini tetap melakukan perawatan pasien non-Covid-19, tapi memisahkan dengan melakukan skrining dengan aman di daerah yang kita sebut sebagai zona hijau," katanya.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) pun diterapkan hanya pada zona merah sehingga pasien non-Covid-19 maupun tenaga kesehatan bisa lebih leluasa bekerja, demikian Lies Dina Liastuti.