Jumat 24 Sep 2021 09:08 WIB

Astronom Temukan Rongga Besar di Galaksi Bima Sakti

Rongga besar ini diyakini terbentuk setelah ledakan bintang jutaan tahun yang lalu.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Galaksi Bimasakti.
Foto: REUTERS/NASA/Handout/Files
Galaksi Bimasakti.

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Para astronom telah menemukan rongga besar di galaksi Bima Sakti. Rongga besar ini diyakini terbentuk setelah ledakan bintang jutaan tahun yang lalu.

Kekosongan berbentuk gelembung memiliki lebar 500 tahun cahaya dan terletak di antara daerah pembentuk bintang di konstelasi Perseus dan Taurus.

Baca Juga

Gugus gas dan debu pembentuk bintang, yang dikenal sebagai awan molekuler, diyakini terbentuk bersamaan dari supernova yang sama, atau ledakan bintang yang telah mencapai akhir hidupnya, sekitar 10 juta tahun yang lalu. Temuan baru ini dapat menjelaskan bagaimana supernova menghasilkan pembentukan bintang.

"Ratusan bintang terbentuk atau sudah ada di permukaan gelembung raksasa ini," kata penulis utama studi Shmuel Bialy, peneliti postdoctoral di Institute for Theory and Computation (ITC) di Harvard-Smithsonian Center For Astrophysics (CfA), dilansir di Space, Jumat (24/9).

Menggunakan data dari pesawat ruang angkasa Gaia yang memetakan bintang Badan Antariksa Eropa, para peneliti dapat memetakan awan molekuler Perseus dan Taurus dalam 3D untuk pertama kalinya. Ini mengungkapkan kekosongan besar yang tetap sulit dipahami dalam peta 2D sebelumnya di wilayah tersebut.

"Kami telah dapat melihat awan ini selama beberapa dekade, tetapi kami tidak pernah tahu bentuk, kedalaman, atau ketebalannya yang sebenarnya. Kami juga tidak yakin seberapa jauh awan itu," ujar rekan penulis Catherine Zucker, peneliti postdoctoral di CfA.

"Sekarang kita tahu di mana mereka berada dengan hanya 1 persen ketidakpastian, memungkinkan kita untuk melihat kekosongan di antara mereka," kata Zucker.

Tim tersebut membuat peta awan molekuler 3D menggunakan perangkat lunak visualisasi data yang disebut Glue, yang didirikan oleh Alyssa Goodman, astronom CfA dan rekan penulis studi tersebut.

Tim memetakan daerah pembentuk bintang untuk lebih memahami bagaimana gas dan debu yang dilepaskan selama ledakan bintang mengatur ulang dirinya sendiri di awan molekuler untuk membentuk bintang baru.

Temuan mereka menunjukkan bahwa awan molekul Perseus dan Taurus terbentuk sebagai hasil dari gelombang kejut supernova yang sama, menunjukkan efek kuat dari ledakan bintang tersebut.

"Ini menunjukkan bahwa ketika sebuah bintang mati, supernovanya menghasilkan rangkaian peristiwa yang pada akhirnya dapat mengarah pada kelahiran bintang baru," kata Bialy.

Studi baru ini diterbitkan pada 22 September di Astrophysical Journal Letters.

Advertisement
Berita Lainnya