REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhirnya, setelah surah al-Lahab turun, 'Utbah dan 'Utaibah menceraikan Ruqayah dan Ummu Kulsum atas desakan kedua orang tua mereka. Tak jauh dari dugaan, Abu Lahab tidak mau menghentikan sikap kerasnya kepada kedua cucu saudaranya, yakni Abdullah ibn Abdul Muththalib, sekaligus kedua putri Nabi, terlebih ia mengetahui Abdullah sangat gembira saat mendengar kabar kelahiran Muhammad dan langsung memerdekakan pelayan perempuannya yang telah melaporkan kabar tersebut.
Lebih parah lagi, ketika Ummu Jamil, sang pembawa kayu bakar itu, selalu berada di belakang Abu Lahab. Dialah yang membuat suaminya itu hilang kehormatan, tak memiliki muruah, hilang keinginan, dan tega meracuni darah kaum Bani Hasyim yang mengalir dalam tubuhnya. Itu pula yang membuat Abu Lahab melupakan kewajibannya sebagai paman Muhammad ibn 'Abdullah ibn Abul Muththalib ibn Hisyam.
Saking besarnya dendam Ummu Jamil, ia pernah menebar duri di jalan yang akan dilalui Rasulullah SAW. Terlebih ketika wanita pendendam itu mendengar ayat yang turun tentang dirinya dan suaminya, kemarahan dan kedengkiannya kian menjadi-jadi.
Bahkan, suatu ketika ia sempat menunjukkan kedengkian itu saat Rasulullah SAW tengah duduk di masjid dekat Ka'bah bersama Abu Bakar. Tangannya penuh dengan batu.
Namun, saat ia tiba di hadapan keduanya, Allah segera membutakan penglihatannya sehingga hanya Abu Bakar yang terlihat olehnya. Sedangkan Rasulullah sama sekali tak terlihat olehnya.
Akhirnya, Ummu Jamil bertanya, "Hai Abu Bakar, di manakah kawanmu itu? Aku mendapat kabar bahwa dia akan menyerangku. Demi Allah, jika aku mendapatinya aku akan melempar mulutnya dengan batu ini. Demi Allah, aku adalah penyair."
Kemudian, Ummu Jamil bersenandung:
Kepada sang pencela, kami menentang
Kepada perintahnya, kami menolak
Kepada agamanya, kami membenci
Bersambung