REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah ia pergi, Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasul, apakah ia melihatmu?"
Beliau menjawab, "Dia tidak melihatku karena penglihatannya dibutakan Allah."
Kedengkian Abu Lahab dan Ummu Jamil kepada Rasulullah, keluarganya, dan agamanya, terus berlanjut. Kali ini Ummu Jamil menggunakan sihirnya untuk memblokade kaum Muslimin di perbukitan Makkah.
Sewaktu rombongan mereka hendak keluar dari Makkah dan seorang dari mereka hendak ke pasar membeli makanan keluarganya, Abu Lahab sang musuh Allah itu segera menyampaikan kepada para pedagang, "Wahai para pedagang, mahalkanlah barang-barang kalian untuk kawan-kawan Muham mad sehingga mereka tidak mampu membelinya. Kalian pun tahu jika permintaanku tak terpenuhi, aku tidak bisa menjamin kecuali kerugian atas kalian."
Para pedagang pasar pun turut atas perintah Abu Lahab. Mereka menaikkan harga barang beberapa kali lipat, sehingga laki laki Muslim warga Bani Hasyim tadi terpaksa kembali kepada anak-anaknya dengan tangan kosong dan membiarkan mereka meringis menahan lapar.
Tidak ada sedikit makanan pun di tangan mereka yang bisa dimakan. Berkat perintah Abu Lahab itu, para penjual barang di pasar pun meraih keuntungan besar atas makanan dan pakaian yang mereka jual. Di lain pihak, kaum Muslimin dan warga Bani Hasyim dilanda kelaparan dan kesulitan pakaian.
Rupanya kedengkian Ummu Jamil kepada kaum Muslimin tak pernah padam. Suatu hari, ia kembali keluar untuk mengumpulkan duri, dengan tujuan untuk ditabur di jalan yang biasa dilalui Rasulullah saat beliau keluar.
Namun, belum juga kedua kakinya sampai ke tempat menabur duri, Ummu Jamil terjatuh dan tubuhnya terpelanting ke belakang. Di sanalah dia menghadapi sakaratul maut dan dijemput ajalnya dalam keadaan rugi dunia dan akhirat. Pada hari Kiamat, ia diancam akan dimasukkan ke siksa api neraka yang menyala-nyala. Habis
Baca juga: Kisah Istri Abu Lahab: Arwa alias Ummu Jamil (4)