REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Memahami Pancasila bukan perkara sulit. Semudah menjalani keseharian atau saat menikmati alunan musik. Alhasil, semangat cinta Tanah Air bisa dilakukan kapan dan dimana saja.
Hal tersebut mengemuka dalam sesi diskusi 'Bedah Musik Kebangsaan' di Auditorium Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang-Banten, Kamis (23/9). Acara Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila Lewat Musik itu kali ketiga digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerjasama dengan Sinergy of Indonesia dan Indonesia Care (komunitas seniman/musisi).
Plt. Sestama BPIP Karjono mengatakan, sejatinya mahasiswa sudah khatam Pancasila secara akademik. Bahkan bisa lebih mudah lagi diinterpretasikan. "Tidak semua orang pintar pasti benar, atau lebih baik orang benar tapi tidak pintar. Tinggal bagaimana kita mengolah, membumikan Pancasila agar bangsa kita tidak digerogoti pengaruh negatif," bebernya.
Karjono menegaskan, musik adalah saluran sosialisasi Pancasila yang efektif asalkan dikelola secara kreatif. "Saya suka reggae, tapi lebih suka lagi bergoyang nyanyi lagu-lagu daerah. Apapun itu, musik adalah instrumen perekat kebangsaan," tuturnya.
Ketua Komisi II DPR dan Founder Sinergy of Indonesia, Ahmad Doli Kurnia menyebut banyak lagu hit nasional sejatinya memiliki lirik visioner kebangsaan. Dia mencontohkan lagu Rayuan Pulau Kelapa yang ditulis Ismail Marzuki. "Lagu ini kala itu salah satu penanda kedekatan Indonesia dan Rusia dalam memperingati hubungan diplomatik kedua negara yang telah berjalan selama 70 tahun. Lirik lain juga soal cinta Tanah Air," jelas Doli.
Rayuan Pulau Kelapa jadi salah satu lagu nasional yang diaransemen ulang dalam album Nyanyian Rumah Indonesia kerjasama Sinergy of Indonesia dan Indonesia Care. "Lagu ini dinyanyikan reggae oleh almarhum Steven Coconut Treez. Semoga legenda reggae kita ini khusnul khotimah, dan perjuangannya diteruskan," ucap Doli.
Sahabat Steven, Conrad GV menambahkan, Pancasila pada prinsipnya sederhana. Yakni ada dan cara kita berada. "Saya lahir di Flores. Dan kami orang Ende sangat bangga menjadi orang Indonesia," ujar Conrad.
Sebelumnya, lanjut dia, para musisi terkotak-kotak menyoal Pancasila. Namun faktanya, masih ada musisi yang rajin berdiskusi dan mencari solusi menyuarakan Pancasila yang digemari milenial.
Sementara itu, Pakar Kebijakan Publik dari Untirta Harits Wicaksana menilai Bedah Musik Kebangsaan adalah langkah cerdas BPIP. Sosialisasi Pancasila yang kreatif untuk menangkal radikalisme dan intoleransi.
'Bedah Musik Kebangsaan' di Untirta diikuti secara luring dan daring oleh para mahasiswa. Hadir pula Wakil Kepala BPIP Haryono, Rektor Untirta Fatah Sulaiman, Deputi I BPIP Prakoso serta sederet musisi.