Jumat 24 Sep 2021 14:40 WIB

Prokes Kendur, Korsel Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19

Warga Korsel mulai mengabaikan prokes, negara itu pun kini menghadapi lonjakan kasus.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang menunggu untuk mendapatkan pengujian virus corona di tempat pengujian darurat di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 7 September 2021. Spanduk itu berbunyi: Situs pengujian darurat COVID-19.
Foto: AP/Ahn Young-joon
Orang-orang menunggu untuk mendapatkan pengujian virus corona di tempat pengujian darurat di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 7 September 2021. Spanduk itu berbunyi: Situs pengujian darurat COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) telah melaporkan lonjakan kasus Covid-19 harian terbesar sejak awal pandemi. Lonjakan kasus terjadi ketika orang-orang kembali dari liburan terbesar negara itu pada tahun ini.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea mengatakan, lebih dari 1.750 dari 2.434 kasus baru yang dilaporkan pada Jumat (24/9) berasal dari wilayah ibu kota. Kondisi ini membuat para pejabat Korsel menyuarakan keprihatinan atas lemahnya kewaspadaan warga dalam menegakkan protokol kesehatan. Padahal, Korsel sudah menegakkan aturan jarak sosial terkuat dari karantina wilayah sejak Juli.

Baca Juga

Diperkirakan penularan akan memburuk di luar wilayah ibu kota selama musim liburan Chuseok atau Thanksgiving versi Korea. Liburan tersebut akan dimulai pada akhir pekan ini dan berlanjut hingga Rabu depan. Pada periode inilah jutaan orang biasanya bepergian ke seluruh negeri untuk bertemu kerabat.

"Sangat penting untuk menjaga efektivitas kampanye antivirus kami sepanjang pekan depan, ketika efek peningkatan perjalanan selama liburan akan menjadi lebih jelas," kata Perdana Menteri Korsel Kim Boo-kyum dilansir Associated Press pada Jumat (24/9).

Pemerintah Korsel sudah memberlakukan pembatasan di wilayah metropolitan Seoul. Tujuannya mencegah pertemuan tiga orang atau lebih setelah pukul 18.00 kecuali mereka sudah divaksinasi lengkap.

Para pejabat Korsel mengungkapkan rasa kelelahan dan frustrasi orang-orang dengan kebijakan jarak sosial yang berlarut-larut. Hal itu lalu menjadi tantangan yang meningkat dalam perjuangan negara itu melawan Covid-19.

Korsel sekarang telah melaporkan peningkatan harian lebih dari 1.000 kasus Covid-19 selama 80 hari berturut-turut. Rekor satu hari sebelumnya adalah 2.221 kasus yang dilaporkan pada 11 Agustus lalu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement