REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia meminta lembaga pengelola umrah perlu menyiapkan diri memahami aturan baru dan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi.
Direktur Eksekutif Haji Tabung Haji (TH), Datuk Seri Syed Saleh Syed Abdul Rahman, mengatakan langkah itu penting untuk memastikan jamaah umrah menerima informasi yang lengkap dan mengetahui perkembangan peraturan di Arab Saudi.
"Instansi umrah masih belum memiliki pengalaman dalam menangani umrah dengan SOP yang baru, namun kta harus selalu mengikuti perkembangan terkini, termasuk persyaratan seperti dosis vaksin dan usia yang diperbolehkan untuk melakukan ritual keagamaan in," kata dia dikutip di Bernama, Jumat (24/9).
Agen umrah disebut perlu memastikan jamaah sepenuhnya memahami praktik jaga jarak di bus maupun akomodasi. Manajemen asuransi dan kenaikan biaya menyusul pemberlakuan SOP baru di Arab Saudi akibat pandemi Covid-19 disebut perlu disosialisasikan kepada jamaah.
Lebih lanjut, ia mengatakan TH tidak bertanggung jawab dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan umrah, yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pariwisata, Seni dan Budaya (MOTAC).
Syed Saleh mengatakan TH yakin pemerintah Arab Saudi siap menerima jamaah umrah dalam jumlah yang lebih besar ke tanah suci.
“Situasi Covid-19 di sana semakin terkendali dengan 1.000 kasus baru tercatat pada awal Agustus dan jumlahnya cenderung terus turun setiap hari. Kami yakin umrah akan lebih aman, apalagi jumlah jamaah yang sedikit dan tidak memerlukan gerakan serentak seperti haji," lanjutnya.
Arab Saudi juga disebut telah mengumumkan peningkatan jumlah jamaah umrah dari 60.000 orang per hari, menjadi antara 90.000 dan 120.000 orang. Diperkirakan mereka akan mampu menangani dua juta jamaah sebulan.
Soal kenaikan biaya umrah dan haji, Syed Saleh mengatakan kenaikan tersebut akan lebih berdampak pada lembaga umrah yang menawarkan paket dengan harga murah.
Biaya umrah diperkirakan akan meningkat karena penegakan SOP baru, terutama mengenai batasan kapasitas kerumunan dan persyaratan jarak fisik.
Penambahan alat kesehatan dan kebutuhan tes skrining Covid-19 sebelum berangkat ke tanah suci, selama berada di sana dan sebelum pulang, turut berkontribusi terhadap kenaikan biaya.
Baru-baru ini, para peziarah harus membayar antara 15.000 hingga 20.000 ringgit Malaysia selama lima hingga tujuh hari, yang melibatkan tiga lokasi, yaitu Arafah, Muzdalifah dan Mina untuk tawaf dan sa'i saja.
“Biaya tersebut belum termasuk akomodasi hotel di Makkah dan Madinah, makan dan minum, serta penerbangan dari Malaysia dan Arab Saudi, sehingga calon jamaah haji perlu mempersiapkan hal tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Syed Saleh mengatakan TH akan terus memberikan bantuan dana bagi jamaah haji muassasah pertama kali. // Zahrotul Oktaviani