Jumat 24 Sep 2021 23:09 WIB

Mendag Prancis Tolak Pertemuan dengan Mendag Australia

Prancis meradang akibat pembatalan pembelian kapal selam oleh Australia

Red: Nashih Nashrullah
Prancis meradang akibat pembatalan pembelian kapal selam oleh Australia. Prancis kesal dengan pembatalan sepihak penjualan kapal selam ke Australia.
Foto: AP/Reuters
Prancis meradang akibat pembatalan pembelian kapal selam oleh Australia. Prancis kesal dengan pembatalan sepihak penjualan kapal selam ke Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS— Menteri Perdagangan Prancis Franck Riester menolak tawaran untuk bertemu dengan mitranya dari Australia, Dan Tehan, bulan depan di Paris.

Riester mengatakan ketegangan kedua negara tak akan cepat mereda, menyusul keputusan Australia yang membatalkan pesanan kapal selam senilai 40 miliar dolar AS (Rp571,7 triliun) dari Prancis. 

Baca Juga

Tehan mengatakan pada radio ABC, Senin, bahwa dia "sangat tertarik" untuk bertemu dengan Riester dalam kunjungan ke Paris pada Oktober untuk menghadiri pertemuan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan(OECD).

Namun seorang pejabat di kantor Riester mengatakan pada Jumat bahwa atasannya telah menolak tawaran itu. 

"Kami tak akan menindaklanjuti permintaan menteri Australia itu untuk bertemu. Kami tak bisa bersikap seakan-akan semuanya biasa saja," kata pejabat Prancis tersebut.

Pemerintah Australia pekan lalu membatalkan pesanan armada kapal selam dari Prancis. Mereka mengatakan akan membangun sedikitnya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan dukungan teknologi dari Amerika Serikat dan Inggris di bawah kemitraan keamanan yang baru, AUKUS.

Menanggapi keputusan itu, Paris memanggil pulang duta besarnya di Australia dan Amerika Serikat. Meski Prancis mengatakan akan mengirim lagi duta besarnya di Amerika Serikat setelah kedua pemimpin berupaya memperbaiki hubungan lewat telepon, negara itu masih sangat gusar dengan Australia.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pada Rabu dia sudah berusaha mengatur pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, namun gagal.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement