Jumat 24 Sep 2021 23:29 WIB

Diplomat Inggris, Masjid, dan Reka Tafsir Islam Ala China

China berupaya menghadirkan tafsir baru Islam dengan rupa China

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
China berupaya menghadirkan tafsir baru Islam dengan rupa China. Ilustrasi Xinjiang China
Foto: M. Irfan Ilmie/ANTARA
China berupaya menghadirkan tafsir baru Islam dengan rupa China. Ilustrasi Xinjiang China

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Diplomat senior Inggris, Christina Scott, menyampaikan tanggapan di media sosial miliknya soal penghilangan menara di beberapa masjid di China barat. Tanggapannya kemudian menarik perhatian banyak warganet.

Wakil Kepala Misi Inggris di China itu sebelumnya memposting foto Masjid Dongguan di Twitter. Masjid dalam foto tersebut tanpa kubah dan menara bergaya Islam.

Baca Juga

"Buku panduan sudah ketinggalan zaman. Pergilah ke Masjid Agung Dongguan, sarannya. Jadilah saya lakukan itu. Ditutup untuk renovasi yang tampaknya termasuk menghapus kubah dan menara," tulis Scott.

Masjid Dongguan berada di Provinsi Qinghai, dekat wilayah Xinjiang dan dibangun lebih dari 600 tahun yang lalu pada abad ke-14 selama Dinasti Ming. Scott mengatakan, tanda bulan sabit Islam telah dipindahkan dari masjid yang terpisah di dekatnya. 

Perubahan pada masjid terjadi di tengah tindakan keras yang sedang berlangsung terhadap Muslim dan komunitas agama lainnya di bawah "Sinisasi" agama Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa. "Harapan utama PKC adalah untuk memberantas agama dan gerakan yang berada di luar PKC," kata Anna Hayes, dosen senior ilmu politik di Universitas James Cook. 

"Kami melihat ini tindakan keras dan penganiayaan terhadap Falun Gong pada 1990-an, dan kami telah lama melihatnya dalam hal orang Tibet, Kristen rumah, Muslim dan sebagainya. 

Seorang anak beristirahat di dekat pintu masuk ke sebuah masjid di mana seorang spanduk berwarna merah bertuliskan "Cintai Pesta, Cinta Tanah Air. Keluar dari kekosongan agama ini, PKC percaya orang-orang akan mengganti agama dan keyakinan agama dengan cinta dan pengabdian terhadap partai," jelas Hayes.

Pemerintah China meluncurkan rencana lima tahun pada 2018 untuk menyinkronkan Islam. Dua wanita Uighur bersiap untuk acara musik. Mereka memiliki topi berbulu, rambut dikepang, rompi beludru hitam dengan bordir cerah.

Kampanye China di Xinjiang menargetkan musik, agama, bahasa, dan bahkan makanan Uighur. Tetapi di Australia, komunitas tersebut menggunakan seni untuk melawan genosida budaya.

Di bawah rencana tersebut, ajaran Islam diharuskan untuk mempromosikan Islam dengan karakteristik China dan patriotisme. "Pemerintah China ingin Islam di China terlihat dan terdengar lebih China," kata David Brophy, pakar China barat di University of Sydney.

Brophy memandang, apa pun yang melambangkan hubungan dengan dunia Islam yang lebih luas karenanya berpotensi dicurigai. Dalam kasus ini, kami melihat bahwa bangunan yang menyerupai arsitektur Islam di Asia Selatan atau Timur Tengah dihilangkan kubahnya yang khas. "Ini telah terjadi di seluruh negeri, dan tidak hanya dalam kaitannya dengan bangunan keagamaan," tuturnya.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement