REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan negara-negara anggota G20 telah menyebarkan stimulus fiskal sebesar 16 triliun dolar AS atau sekitar Rp 228.128 triliun (kurs Rp 14.258 per dolar AS) dalam menghadapi Covid-19 sejak Januari 2021 hingga saat ini."Di negara-negara maju anggota G20, hampir setengah dari stimulus fiskal tersebut digunakan untuk melindungi pekerja dan mendukung pendapatan rumah tangga terdampak Covid-19," ujar Sri Mulyani yang berpartisipasi secara daring di Jakarta, Jumat (24/9), dalam D20-LTIC High-Level International Conference.
Sementara di negara emerging market yang merupakan anggota G20, ia menyebutkan stimulus difokuskan untuk perlindungan pekerja terdampak Covid-19 dan investasi infrastruktur. Analisis Global Infrastructure Hub menunjukkan seluruh pemerintahan di G20 telah memiliki komitmen substansial agar investasi infrastruktur menjadi bagian dari stimulus Covid-19.
Sri Mulyani berpendapat investasi infrastruktur dapat memastikan emerging market dan negara miskin menjadi bagian dari pemulihan ekonomi global."Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat upaya koordinasi oleh mereka yang memiliki ruang fiskal lebih kecil dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global hampir dua persen di 2025, sehingga ini bisa mendorong ekonomi global untuk pulih lebih cepat," katanya.
Di sisi lain, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menilai identifikasi sumber pembiayaan infrastruktur juga penting, sehingga mobilisasi peran swasta dalam investasi infrastruktur perlu ditingkatkan. Adapun kondisi sektor keuangan swasta sangat memadai untuk membawa transformasi tersebut, namun tantangannya adalah bagaimana membuka pembiayaan untuk investasi infrastruktur berkelanjutan.