Sabtu 25 Sep 2021 14:42 WIB

PM Pakistan: Mengapa Kami Disalahkan atas Kemenangan Taliban

PM Pakistan Imran Khan mengklaim negaranya menjadi pihak yang disalahkan Barat

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Ilustrasi.
Foto: AP/Rahmat Gul
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan mengklaim negaranya menjadi pihak yang disalahkan oleh Barat dengan keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan. Padahal menurutnya Islamabad merupakan negara paling menderita setelah Kabul karena bergabung dengan Washington usai peristiwa 9/11.

"Dari platform ini, saya ingin mereka semua tahu, negara yang paling menderita, selain Afghanistan, adalah Pakistan ketika kami bergabung dengan AS berada di teror setelah 9/11," ujar Khan dalam video pidato Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat (24/9).

Baca Juga

Khan meluncurkan narasi yang dimulai dengan pelatihan mujahidin oleh Amerika Serikat (AS) dan Pakistan selama pendudukan Soviet di Afghanistan. Namun, Pakistan dibiarkan mengambil bagian dengan jutaan pengungsi dan kelompok milisi sektarian baru ketika Soviet dan AS pergi pada 1989.

Menurut Khan, AS memberikan sanksi kepada mantan mitranya setahun kemudian, tetapi kemudian menelepon lagi setelah serangan 9/11. Dia mengatakan bantuan Pakistan ke AS merenggut 80 ribu nyawa warganya dan menyebabkan perselisihan internal serta perbedaan pendapat yang ditujukan kepada negara, sementara AS melakukan serangan drone.

"Jadi ketika kita mendengar ini di akhir. Ada banyak kekhawatiran di AS tentang merawat penerjemah dan semua orang yang membantu AS. Bagaimana dengan kita?" ujar Khan merujuk pada warga Afghanistan yang diangkut usai pengambilalihan Taliban.

Alih-alih mendapatkan ucapan penghargaan, menurut Khan Pakistan telah disalahkan. Ucapan tersebut didorong dengan banyak warga Afghanistan menyalahkan Pakistan atas kebangkitan Taliban di Afghanistan karena hubungan dekat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Agustus juga menolak permintaan Pakistan untuk memberikan pandangannya pada pertemuan khusus di Afghanistan. Sikap tersebut menunjukkan skeptisisme bersama masyarakat internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement