Sabtu 25 Sep 2021 15:43 WIB

Malala Minta Dunia Lindungi Hak Perempuan Afghanistan

Malala menyerukan Afghanistan untuk hormati hak-hak perempuan

Malala Yousufzai menyerukan Afghanistan untuk hormati hak-hak perempuan
Foto: EPA
Malala Yousufzai menyerukan Afghanistan untuk hormati hak-hak perempuan

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK— Peraih Nobel Perdamaian Malala Yousafzaipada Jumat meminta dunia memastikan perlindungan atas hak-hak perempuan Afghanistansetelah negara itu dikuasai kelompok Taliban.

"Kita tidak bisa berkompromi tentang perlindungan hak-hak perempuan dan perlindungan martabat manusia," kata Malala pada panel tentang pendidikan anak perempuan Afghanistandi sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat.

Baca Juga

Ketika berbagai negara dan organisasi mulai mengambil sikap terhadapTaliban, perempuan berusia 24 tahun itu menyampaikan kekhawatiran kelompok itu akan memberlakukan aturan keras terhadap perempuan di Afghanistan seperti yang mereka lakukan saat pertama kali berkuasa 20 tahun lalu.

Padahal sejak saat itu, kesempatan kerja dan pendidikan bagi perempuan Afghanistan telah sangat berkembang. 

"Sekarang saatnya kita berpegang pada komitmen dan memastikan hak-hak perempuan Afghanistan dilindungi, dan salah satu yang penting adalah hak atas pendidikan," ujar Malala yang bergabung dalam sesi PBB tersebut melalui video.

Malala selamat dari terjangan peluru yang ditembakkan Taliban ke kepalanya pada 2012 saat dia berusia 15 tahun.

Sejumlah anggota Taliban mengincar aktivis pendidikan asal Pakistan itu karena keberaniannya berbicara lantang tentang pendidikan bagi anak perempuan.

Serangan terhadap Malala menyulut kemarahan di Pakistan dan dunia internasional.Beberapa pemimpin dunia berjanji untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak perempuan Afghanistan pada pertemuan tahunan PBB pekan ini, tetapi tidak jelas bagaimana mereka akan melakukannya.

Kekhawatiran atas hak-hak perempuan di Afghanistan meningkat sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus, 20 tahun setelah mereka digulingkan dari kekuasaan oleh pasukan Barat menyusul serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Taliban mengatakan mereka telah berubah sejak pemerintahan 1996-2001, ketika mereka melarang perempuan meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki.

Taliban menimbulkan keraguan tentang seberapa besar mereka akan menghormati hak-hak perempuan ketika kelompok itu mengatakan pekan lalu bahwa mereka akan membuka sekolah menengah untuk anak laki-laki, tetapi tidak untuk anak perempuan.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan keinginan Taliban untuk diakui secara internasional adalah satu-satunya pengaruh global untuk menekan pemerintah yang inklusif dan menghormati hak-hak, terutama bagi perempuan, di Afghanistan.

Di antara mereka yang berbicara di PBB tentang penderitaan perempuan dan anak perempuan Afghanistan adalah Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez.

"Tidak ada masyarakat, yang mengizinkan hanya setengah populasinya untuk bergerak maju dan dengan sengaja membuat setengah lainnya terbelakang, akan langgeng," kata Sanchez.     

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement