REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rencana penerbitan right issue PT Waskita Karya (Persero) sebesar Rp 4 triliun dapat menjadi titik balik dalam penyehatan kondisi perusahaan. Pria yang akrab disapa Tiko itu berharap Waskita dapat mengikuti jejak BRI yang hingga saat ini berhasil mengantongi Rp 41 triliun dana dari right issue yang menjadi porsi investor publik, dari total yang ditawarkan senilai Rp 96 triliun.
"(Right issue BRI) ini menjadi terbesar di Asia Tenggara dan lima besar Asia. Ini momentum market Indonesia masih tumbuh positif, kami harap Waskita juga dapat memanfaatkan momentum sentimen positif tersebut," ujar Tiko saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR terkait pembahasan rencana Right Issue Waskita Karya di gedung DPR, Jakarta, Senin (27/9).
Tiko memaparkan kondisi keuangan Waskita yang terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir, terlebih saat pandemi. Tiko mengatakan Waskita cukup agresif dalam mengambil alih proyek jalan tol di Pulau Jawa dan Sumatera sejak 2015 hingga 2017. Waskita mendapat tugas mengambil alih proyek tersebut dari swasta lantaran pengerjaan proyek yang tidak mengalami perkembangan berarti. Tak hanya jalan tol, lanjut Tiko, Waskita juga mendapat tugas dalam proyek tranmisi listrik.
"Di masa lalu, Waskita ditugaskan mengakuisisi tol trans Jawa dari pihak swasta sehingga total investasi dalam proyek strategis nasional adalah Rp 27,8 triliun," ungkap Tiko.
Tiko menyebut kondisi ini membuat utang Waskita meningkat sangat tajam sebesar Rp 70,9 triliun pada 2019 dibandingkan 2017 yang sebesar Rp 44,6 triliun dan 2018 yang sebesar Rp 64,6 triliun. Sementara utang Waskita pada 2020 tercatat sebesar Rp 65,3 triliun.
Tiko mengatakan utang sebesar Rp 70,9 triliun merupakan utang kepada bank dan obligasi. Tiko mengatakan jumlah total utang Waskita pada 2019 mencapai Rp 90 triliun jika ditambahkan dengan utang kepada vendor yang sebesar Rp 20 triliun.
"Pelan-pelan kita bereskan, semoga dalam satu atau dua tahun ke depan vendor mulai bisa kita bayarkan," ucap Tiko.
Tiko menyampaikan Waskita mengalami tekanan besar akibat pandemi yang mana terjadi penurunan signifikan terhadap pendapatan kontruksi dan operasional tol lantaran turunnya pergerakan masyarakat.
Kata Tiko, pendapatan Waskita pada 2020 hanya sebesar Rp 16,2 triliun atau turun dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 31,4 triliun, 2018 yang sebesar Rp 48,8 triliun, dan 2017 yang sebesar Rp 45,2 triliun.
"Kami bersama Kemenkeu melakukan restrukturisasi menyeluruh atas Waskita karena melakukan proyek strategis nasional yang besar skalanya dan membutuhkan dukungan pemerintah," lanjut Tiko.
Tiko mengatakan Waskita juga tidak mendapatkan penyertaan modal negara saat melakukan penugasan pemerintah pada 2017 hingga 2019."Ini agak terbalik, dikerjakan dahulu baru dapat PMN," kata Tiko menambahkan.