REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah peternak kerbau di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten memanfaatkan rerumputan di sekitar areal perkebunan kelapa sawit milik PTPN III sebagai pakan untuk penggemukan dan pengembangan usaha hewan tersebut.
"Kita sejak dulu hingga kini mengembala kerbau di sekitar areal perkebunan kelapa sawit , karena banyak rerumputan hijau," kata Sabar (60) seorang warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak.
Peternak kerbau milik masyarakat dilepasliar sekitar kawasan areal perkebunan kelapa sawit untuk penggemukan dan pengembangan usaha. Selama ini, usaha ternak kerbau di Kabupaten Lebak cukup membantu ekonomi keluarga.
Mereka peternak kerbau bisa membangun rumah hingga melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Masyarakat yang lokasinya dekat dengan perkebunan kelapa sawit dipastikan memiliki hewan kerbau.
Sebab, para peternak hewan besar itu sangat diuntungkan untuk peningkatan ekonomi. Namun, pihaknya mengembangkan usaha peternak secara tradisional tanpa penerapan teknologi.
Karena itu, dirinya lebih memilih memakai pakan rumput perkebunan dibandingkan menggunakan kosentrat dan rumput gajah. "Kami sudah 20 tahun usaha kerbau bisa menjual sekitar lima ekor hingga menghasilkan pendapatan Rp 100 juta per tahun," ujar dia.
Memed (65), warga Cimarga Kabupaten Lebak mengaku dirinya hingga kini masih mengandalkan ekonomi keluarga dari usaha ternak kerbau karena lokasinya berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit.
Mereka setiap hari mengembala kerbau di sekitar areal perkebunan kelapa sawit. Saat ini, populasi kerbau miliknya sebanyak 35 ekor dan bisa menjual enam ekor per tahun.
"Jika kami menjual enam ekor maka bisa menghasilkan Rp 120 juta," katanya menjelaskan.
Begitu juga Rohman (60), warga Cileles Kabupaten Lebak mengaku, mengembangkan usaha kerbau sudah 35 tahun dan hingga kini masih bertahan karena menjadikan andalan ekonomi keluarga. Pengembangan usaha ternak kerbau bisa menghasilkan pendapatan ekonomi tahunan.
Saat ini, populasi kerbau miliknya 50 ekor dan bisa menjual delapan ekor per tahun dengan pendapatan Rp 160 juta jika harga Rp 20 juta/ ekor.
"Kami bisa memperbaiki rumah dan menyekolahkan anak hingga Perguruan Tinggi dari hasil usaha ternak kerbau," katanya.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pembibitan Dinas Peternakan Kabupaten Lebak Teguh mengatakan pihaknya mengembangkan pembibitan ternak untuk mendorong populasi kerbau meningkat sehingga dapat menggulirkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Pengembangan pembibitan tersebut untuk pelestarian populasi ternak kerbau agar tidak hilang di masyarakat. Saat ini, jumlah populasi kerbau di Kabupaten Lebak menurun drastis dari semula 33.200 kini menjadi 19 ribu ekor.
"Kami ke depan akan mengembangkan teknik budidaya peternakan kerbau dengan pembibitan unggul itu sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan warga," katanya.