Selasa 28 Sep 2021 05:05 WIB

Lewati Kuota, Listrik di Pabrik-Pabrik China Dipadamkan

China masih kesulitan seimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi polusi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Pekerja mengenakan masker wajah untuk membantu mengekang penyebaran virus corona perakitan sepatu seluncur es di sebuah pabrik manufaktur di taman industri peralatan olahraga es dan salju di Zhangjiakou di provinsi Hebei, China barat laut, Kamis, 15 Juli 2021.
Foto: AP/Andy Wong
Pekerja mengenakan masker wajah untuk membantu mengekang penyebaran virus corona perakitan sepatu seluncur es di sebuah pabrik manufaktur di taman industri peralatan olahraga es dan salju di Zhangjiakou di provinsi Hebei, China barat laut, Kamis, 15 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Target pemakaian energi pabrik-pabrik di China melewati batas yang ditentukan sehingga banyak pabrik dan rumah tangga yang listriknya dipadamkan. Stasiun televisi China, CCTV, melaporkan 23 orang masuk rumah sakit karena keracunan gas setelah ventilasi logam sebuah pabrik mati tidak lama usai listrik dipadamkan. Tidak ada laporan korban jiwa.

Pabrik-pabrik tersebut dipadamkan karena penggunaan energi mereka telah melebihi batas yang ditetapkan Beijing dalam mempromosikan efisiensi energi. Ekonom dan organisasi lingkungan mengatakan tahun ini pabrik-pabrik di China menghabiskan kuota energi mereka lebih cepat dari yang direncanakan sebab permintaan ekspor melonjak setelah sempat melambat karena pandemi virus corona.

Baca Juga

Pabrik komponen Apple mengatakan menghentikan produksi di sebuah pabrik mereka di barat Shanghai sesuai dengan perintah pihak berwenang setempat. Disrupsi pada industri manufaktur China ini terjadi di musim yang paling sibuk. Pemerintahan Partai Komunis masih kesulitan menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi polusi dan gas emisi yang mengubah iklim.

"Tekad Beijing dalam menegakkan pembatasan konsumsi energi yang tidak pernah terjadi sebelumnya dapat memberikan manfaat jangka panjang, tapi juga kerugian ekonomi jangka pendek yang substansial," kata para ekonom perusahaan finansial Nomura, Ting Lu, Lisheng Wang dan Jing Wang dalam laporan mereka, Senin (27/9).

Para ekonom mengatakan dampaknya mungkin sangat berat. Mereka memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal tahun ini turun dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,1 persen menjadi 4,7 persen. Mereka juga memotong outlook pertumbuhan tahunan dari 8,2 persen menjadi 7,7 persen.

Pasar keuangan global telah berada di ujung tanduk karena kemungkinan bankrutnya perusahaan kontraktor terbesar China, Evergrande Group. Perusahaan tersebut terlilit utang miliaran dolar AS.

Pandemi virus corona telah menimbulkan kelangkaan chip prosesor, mendisrupsi pengiriman barang, dan dampak lain yang disebabkan larangan terbang dan berpergian. Warga sebelah timur laut China melaporkan pemadaman listrik melalui media sosial dan meminta pemerintah segera memperbaikinya.

Pemadaman terjadi menjelang pertemuan lingkungan dan iklim PBB yang digelar secara virtual pada 12 hingga 13 Oktober mendatang di Kunming, China. Pemerintah Presiden Xi Jinping sebagai tuan rumah ditekan untuk terus mematuhi target emisi dan efisiensi energi.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement