REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar dihancurkannya tiga patung Jenderal penumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) di Museum Darma Bakti Kostrad, Jalan Medan Merdeka Timur, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, mendapat respon Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Letjen) Dudung Abdurrachman.
Adalah Panglima TNI periode 2015-2017 Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyampaikan informasi itu ketika menjadi pembicara webinar bertema 'TNI Vs PKI' di Jakarta Ahad (26/9) malam. Gatot mengungkapkan, tiga patung diorama, yaitu Jenderal TNI AH Nasution (Menteri Pertahanan dan Keamanan), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD atau sekarang Kopassus), telah raib.
Dudung menepis tudingan jika hilangnya diorama tiga Jenderal itu terkait ada paham PKI di tubuh TNI. "Tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami," kata Dudung dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (27/9) malam WIB.
Dudung menyebut, patung-patung itu memang sebelumnya ada di dalam Museum Darma Bhakti Kostrad, Namun, kata dia, patung itu hilang karena diminta kembali oleh pembuatnya, yakni Pangkostrad periode 2011-2012 Letjen (Purn) Azmyn Yusri (AY) Nasution.
"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," jelas Dudung.
Dia pun menolak bila penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan sebagai bentuk TNI melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI tahun 1965. "Itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," tutur Dudung.
Baca juga : Polri Klaim Tindak Tegas Pelaku Penyerangan Ulama
Dia malah menilai, seharusnya Gatot selaku prajurit senior dapat melakukan klarifikasi terlebih dahulu kepada Kostrad maupun institusi terkait sebelum membeberkannya ke publik. Pasalnya, pernyataan Gatot tersebut dapat menimbulkan fitnah dan kegaduhan di tengah masyarakat Indonesia.
"Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," ujar eks Panglima Kodam Jaya tersebut.
Kepala Penerangan (Kapen) Kostrad, Kolonel Inf Haryantana juga membantah tudingan bahwa Kostrad memiliki ide untuk membongkar ketiga patung tokoh nasional di Museum Dharma Bhakti. Dia menyampaikan kronologis peristiwa pada Senin, 30 Agustus 2021, AY Nasution bertemu dan meminta kepada Letjen Dudung Abdurrachman untuk membongkar tiga patung tersebut.
Dia menjelaskan, alasan AY Nasution meminta pembongkaran patung yang dibuat pada eranya, demi ketenangan lahir dan batin. Sehingga, atas alasan itu, Kostrad mengizinkan permintaan tersebut.
"Tidak benar Kostrad menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI). Pembongkaran patung-patung murni keinginan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide," ucap Haryantana.
Sebelumnya, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyampaikan kabar hilangnya diorama G30S PKI dan patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad. Dari akun YouTube Hersubeno Point, Gatot menyebut, diorama G30S/PKI yang hilang tersebut adalah momen ketika Mayjen Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo untuk menumpas PKI.
Di diorama itu terlihat Mayjen Soeharto berdiri di hadapan Sarwo Edhie. Kemudian, di sebelahnya tampak Jenderal AH Nasution tengah duduk sambil memegang tongkat, dan mengangkat kakinya ke meja dengan diperban, usai ditembak personel Cakrabirawa.
Baca juga : Ketua KPK: Jangan Biarkan Sistem Ramah Korupsi
Gatot mengaku, awalnya tidak percaya saat menerima kabar hilangnya diorama G30S/PKI dan patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad. Gatot pun mengutus seseorang ke lokasi tersebut untuk memeriksa kebenarannya. Gatot menuturkan, utusannya itu kemudian mengirimkan foto ruangan yang dimaksud sudah dalam keadaan kosong.
"Ini sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," kata Gatot.
"Mengapa saya sampaikan ini? Untuk mengingatkan bahwa indikasi seperti ini apabila dibiarkan maka peristiwa kelam tahun 65 bisa terjadi lagi. Betapa menyakitkan dan menyedihkan. Yang korban rakyat juga," ucap Gatot.