Disdik Surabaya Mengaku Belum Menemukan Klaster Covid-19 PTM
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Disdik Surabaya Mengaku Belum Menemukan Klaster Covid-19 PTM (ilustrasi). | Foto: Antara/Didik Suhartono
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Wahid Wahyudi berpendapat, ada miskonsepsi terkait data klaster Covid-19 dari pembelajaran tatap muka (PTM) di wilayah setempat. Dimana berdasarkan data Kemendikbud, klaster Covid-19 dari PTM paling banyak ditemui di Jatim. Padahal, kata Wahid, Jatim menjadi yang terbaik dalam pengendalian Covid-19.
"Jatim satu-satunya provinsi di Indonesia yang semua kabupaten/ kotanya sudah zona kuning Covid-19 dan 66 persen kabupaten/ kotanya sudah level 1," kata dia di Surabaya, Senin (27/9).
Wahid menegaskan, hingga saat ini belum ada temuan penularan Covid-19 di sekolah-sekolah di Jatim. Khususnya jenjang SMA, SMK, dan SLB yang menjadi kewenangan Pemprov Jatim. Wahid bahkan mengaku, proses PTM yang dilangsungkan di Jatim berjalan dengan baik dan lancar.
Pelaksanaan PTM terbatas di Jatim telah berlangsung sejak 30 Agutsus 2021, dimana seluruh sekolah di bawah kewenangan Pemprov Jatim yang meliputi SMA, SMK, dan SLB telah menggelarnya. Totalnya ada 4.136 sekolah jenjang SMA, SMK, dan SLB yang menggelar pembelajaran tatap muka.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo mengungkapkan saat ini ada 213 sekolah negeri dan swasta di Kota Pahlawan yang menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Rinciannya 112 Sekolah Dasar (SD) dan 101 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Supomo memastikan, sekolah yang menggelar PTM terbatas tersebut telah lolos asesmen Satgas Covid-19.
"Jumlah ini terus bertambah dan dinamis seiring selesainya asesmen,” kata Supomo.
Supomo memastikan, pelaksanaan PTM terbatas dilakukan dengan menerapakan protokol kesehatan yang ketat. Sebab kata Supomo, pihaknya tidak ingin PTM itu menimbulkan klaster baru di Kota Surabaya. Dalam mengantisipasi munculnya klaster PTM, lanjut Supomo, Dinspendik menugaskan tim Satgas Covid-19 sekolah beserta Kepala Sekolah untuk selalu melakukan pemantauan dan pengamatan siapapun yang keluar masuk area sekolah.
“Kalau ada tanda-tanda tidak sehat, maka pihak sekolah wajib melakukan tindakan-tindakan dan meminta yang bersangkutan tidak beraktivitas di sekolah. Jadi, kalau dia guru bisa mengajar online dari rumah, dan kalau siswa kita minta untuk mengikuti daring dari rumahnya,” ujarnya.
Supomo mengaku belum menemukan klaster Covid-19 dari PTM. Supomo memastikan, setiap sekolah diminta untuk melakukan evaluasi harian, dan hasil evaluasi itu dikirimkan kepada Dispendik Surabaya. Dalam laporan evaluasi itu, harus dilaporkan semua hal tentang kondisi sekolah selama sehari, terutama soal penerapan prokesnya di sekolah.
“Evaluasi harian itu kita sampaikan kepada para pakar. Biasanya kita rapat bersama pakar seminggu sekali untuk mengevaluasi PTM ini. Biasanya, pakar ini juga datang ke sekolah-sekolah untuk memantau langsung,” kata Supomo.