Selasa 28 Sep 2021 07:57 WIB

Militer Myanmar Lancarkan Serangan Udara ke Penentang Junta

Jaringan telepon dan internet di beberapa daerah Myanmar terputus.

Red: Nur Aini
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.
Foto: Transborder News via AP
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Militer Myanmar akhir pekan lalu melancarkan serangan udara setelah bentrok di wilayah Sagaing dengan para gerilyawan penentang junta, menurut laporan media dan seorang anggota milisi. Sementara itu, jaringan telepon dan internet di beberapa daerah terputus.

Negara di Asia Tenggara tersebut jatuh ke jurang krisis sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari. Kudeta itu mengakhiri upaya yang sedang dijalani Myanmar untuk menuju demokrasi, juga memicu kemarahan di dalam dan luar negeri. Selain itu, kudeta memicu Pasukan Pertahanan Rakyat (PDFs) melancarkan aksi penentangan terhadap militer.

Baca Juga

Situs berita DVB melaporkan bahwa serangan udara berlangsung ketika militer melancarkan serangan di kawasan Pinlebu di Sagaing, Myanmar barat laut. Laporan tersebut mengutip keterangan warga yang mendengar suara pesawat dan ledakan pada Sabtu (25/9) malam sebelum saluran telepon dan internet mati.

Seorang anggota PDF di Pinlebu, yang berbicara lewat telepon dari luar kawasan tersebut, membenarkan informasi bahwa serangan udara terjadi. Namun, ia mengatakan sejauh ini tidak ada korban di pihak kelompoknya. "Kami tidak bisa mengontak mereka karena jaringan internet dan telepon mati," kata aktivis tersebut.

Reuters tidak dapat secara independen memastikan kebenaran keterangan-keterangan tersebut. Juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar.

Pemerintah Kesatuan Nasional (NUG) mengatakan berbagai jenis senjata, termasuk sebuah granat berpeluncur roket serta beberapa senjata kecil dan peluru dalam pertempuran tersebut, sudah diamankan.NUG adalah pemerintah bayangan yang dibentuk oleh para anggota parlemen yang terdepak dan oleh kalangan penentang junta. Pertumpahan darah meningkat di daerah-daerah seperti Sagaing setelah kelompok gerilyawan NUG pada 7 September menyatakan pemberontakan. Kelompok itu juga meminta PDFs agar menetapkan junta beserta aset-aset mereka sebagai target serangan.

Sebelumnya dalam konflik, militer beberapa kali memutus jaringan internet, terutama di kota-kota, dalam upaya untuk mengekang demonstrasi. Militer sejak Kamis (23/9) telah memutus akses internet di 11 distrik yang dilanda konflik di Negara Bagian Chin dan di wilayah Magway, menurut laporan situs berita Myanmar Now yang mengutip para warga dan anggota PDFs. Beberapa kelompok gerilyawan juga menyatakan diri sebagai pelaku peledakan sejumlah menara telekomunikasi Mytel, perusahaan yang sebagian dikendalikan oleh militer.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement