REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog senior, Rahmat Ismail, menegaskan umat Islam dalam menghadapi kasus kekerasan terhadap ulama dan masjid harus menghadapi dengan tenang atau sabar. Umat Islam jangan terpancing melakukan tindakan emosi yang irasional sebab kejadian ini merupakan tanda sudah hadirnya sebuah perubahan zaman.
''Hadapi saja dengan sikap diri kembali ke ajaran Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Tak usah menjadi risau. Percayalah apa yang kini terjadi pasti akan terbuka di masa datang. Sejarah sudah membuktikan ini semua pada berbagai kasus yang terkait dengan umat Islam, misalnya kasus Tanjung Priok, pembajakan pesawat terbang Woyla, tragedi Haur Koneng, operasi Otsus, dan laiinya. Pasti tak akan dapat yang menutupi. Akan terbuka misterinya dengan sendirinya itu. Maka jangan khawatir atau terganggu mental psikologinya,'' kata Rahmat Ismail, dalam perbincangan denga Republika, Selasa pagi (28/9).
Menurut Rahmat yang juga sempat mengurusi bisnis dan berbagai media masa penting di masa lalu mengatakan, kesimpulan mudahnya umat Islam jangan terpancing. Biarlah ini sekarang jadi misteri meski berbagai kasus yang ada diduga terkait dengan politik, ekonomi, keamanan, atau bahkan bisa sampai kegilaan personal dan sosial.''Sekali lagi, sekarang boleh jadi dianggap misteri, tapi nanti sejarah yang akan membuka. Sabar dan waspada saja.''
''Umat Islam juga secara psikologi tak terlalu merasa tertekan dituduh hal buruk, misalnya teroris, ke Arab-araban, preman berjubah dan berjenggot, anti Pancasila, NKRI dan hal pejorasi lainnya. Sebab, bila menjalankan ajaran Islam yang benar tak akan melakukan semua keburukan itu. Tuduhan Islamofobia tak perlu ditanggapi. Biarkan saja dan tunjukan saja dengan perilaku. Ingat Islamofobia sudah ada sejak Islam hadir di muka bumi sampai hari ini. Jadi sadarlah itu,'' tegasnya.
Umat Islam, lanjut Rahmat, dalam menghadapi kekerasan kepada para tokoh Islam dan vandasime masjid harus sadar kini ada perubahan perilaku yang dahsyat akibat kecanggihan teknologi komunikasi. Sebuah alat yang bernama internet dan handphone merubah perilaku manusia secara nyata sekali.
''Istilahnya ada perubahan psikoloogi akibat dunia siber. Masyarakat yang secara persolan tadinya santun tiba-tiba saja menjadi beringas berperilaku ketika tampil di media masa kini yakni media sosial. Korbannya pun sangat banyak akibat ini. Dan ini terjadi di seluruh dunia. Maka ini yang harus disadari oleh seluruh kaum Muslim, khususnya yang di Indonesia,'' kata Rahmat Ismail.
Menyinggung mengenai bagaimana cara mengadapi sikap brutal teradap para tokoh Islam tersebut, Rahmat menyarankan agar umat Islam tetap kembali kepada pemahaman Islam yang benar.
''Misalnya bila hati panas, lakukan shalat yang benar dengan memahami maknanya. Bukti ajaran Islam itu benar nyata sekali, misalnya soal menjaga kebersihan diri dengan mandi dan wudhu. 1500 tahun lalu Rasullah meminta kita berwudhu dengan benar misalnya dengan mencuci tangan, berkumur, dan memberihkan hidung, Nah, sekarang dunia kaget dan baru sadar bahwa cuci tangan penting. Padahal rasulullah menyerukan melakukan hal itu. Jadi sekali lagi umat Islam hadapi situasi konflik dan perubahan zaman dengan sikap yang tenang. Tak usah terlalu khawatir,'' kata Rahmat menandaskan