Selasa 28 Sep 2021 12:40 WIB

Delirium Bayangi Pasien Covid-19 Bergejala Parah

Mengapa Covid-19 dapat memicu delirium?

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Reiny Dwinanda
 Pasien Covid-19 beristirahat di dalam Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit Machakos Level 5 di Machakos, Kenya, 26 Agustus 2021 (dikeluarkan 27 Agustus 2021). Pasien Covid-19 parah berisiko mengalami delirium.
Foto: EPA-EFE/Daniel Irungu
Pasien Covid-19 beristirahat di dalam Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit Machakos Level 5 di Machakos, Kenya, 26 Agustus 2021 (dikeluarkan 27 Agustus 2021). Pasien Covid-19 parah berisiko mengalami delirium.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari setahun pandemi Covid-19 melanda dunia, para peneliti mengungkapkan banyak konsekuensi buruk yang dapat dihadapi pasien baik selama dan setelah dirawat di rumah sakit. Sebuah studi baru terhadap hampir 150 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 pada awal pandemi menemukan 73 persen di antaranya mengalami delirium.

"Pasien Covid-19 dengan delirium cenderung lebih parah sakitnya, dengan lebih banyak penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes, dan tampaknya juga memiliki penyakit terkait Covid-19 yang lebih parah," kata penulis studi dari Departemen Anestesiologi Michigan Medicine, Phillip Vlisides, dilansir Medical News Today pada Ahad (26/9).

Baca Juga

Vlisides menggunakan catatan medis pasien dan survei telepon setelah keluar dari rumah sakit untuk sekelompok pasien yang dirawat di unit perawatan intensif antara Maret dan Mei 2020. Tim peneliti berusaha mengidentifikasi benang merah di antara pasien yang mengalami delirium.

Ini merupakan gangguan serius pada kondisi mental di mana seorang pasien bingung, gelisah, dan tidak dapat berpikir jernih. Menurut Vlisides, beberapa faktor berperan dalam memicu delirium.

"Covid-19 juga dikaitkan dengan sejumlah hasil buruk lainnya yang cenderung memperpanjang rawat inap dan mempersulit pemulihan," kata Vlisides.

Covid-19 dapat menyebabkan berkurangnya oksigen ke otak serta perkembangan pembekuan darah dan stroke yang mengakibatkan gangguan kognitif. Selain itu, penanda inflamasi sangat meningkat pada pasien dengan delirium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement