Selasa 28 Sep 2021 12:35 WIB

Warga Sydney Penolak Vaksin akan Sulit Berkegiatan 

Orang yang tidak divaksin akan dilarang masuk ke toko, resto dan tempat hiburan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
 Kerumunan besar pengunjung pantai terlihat di Bronte Beach Sydney, Australia, 24 September 2021. Pemerintah New South Wales perlahan-lahan melonggarkan beberapa pembatasan di beberapa daerah pemerintah daerah karena jumlah vaksinasi terus meningkat, tetapi perintah tetap di rumah tetap berlaku untuk Greater Sydney.
Foto: Dashboard : APP Name | Org Name City Name
Kerumunan besar pengunjung pantai terlihat di Bronte Beach Sydney, Australia, 24 September 2021. Pemerintah New South Wales perlahan-lahan melonggarkan beberapa pembatasan di beberapa daerah pemerintah daerah karena jumlah vaksinasi terus meningkat, tetapi perintah tetap di rumah tetap berlaku untuk Greater Sydney.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penduduk Sydney, Australia yang tidak divaksinasi COVID-19 berisiko dilarang melakukan berbagai kegiatan. Padahal warga akan dibebaskan dari perintah tinggal di rumah saja pada bulan Desember nanti.

Perdana Menteri negara bagian New South Wales Gladys Berejkilian mengeluarkan peringatan itu pada Selasa (28/9). Di bawah peta jalan untuk keluar dari lockdown di kota terbesar Australia itu, orang yang tidak divaksinasi sudah mengalami penundaan kebebasan yang secara bertahap akan diberikan kepada warga yang disuntik antara 11 Oktober dan 1 Desember. 

 

Sistem dua tingkat itu dirancang untuk mendorong lebih banyak orang divaksinasi. Tapi kebijakan itu telah dikritik karena menghukum kelompok rentan yang tidak memiliki akses ke inokulasi dan karena gagal memberikan insentif nyata untuk penerima vaksin yang ragu-ragu. 

 

Namun, Berejkilian mengatakan orang yang memilih untuk tidak divaksinasi dapat dilarang masuk ke toko, restoran, dan tempat hiburan bahkan setelah negara mencabut semua pembatasan terhadap mereka pada 1 Desember. 

 

"Banyak bisnis mengatakan mereka tidak akan menerima siapa pun yang tidak divaksinasi," kata Berejiklian dilansir dari US News pada Selasa (28/9).

 

Pub, kafe, pusat kebugaran, dan penata rambut akan dibuka kembali untuk orang-orang yang divaksinasi penuh pada 11 Oktober di New South Wales. Kemudian lebih banyak pembatasan akan dilonggarkan setelah 80 persen populasi orang dewasa di negara bagian itu divaksinasi sepenuhnya pada akhir Oktober. 

 

"Hidup untuk mereka yang tidak divaksinasi akan sangat sulit," ujar Berejiklian.

 

Pemerintah Australia mengejar pembukaan kembali yang lebih cepat melalui tingkat vaksinasi yang lebih tinggi meskipun infeksi terus-menerus terjadi, sebagian besar di dua kota terbesarnya Sydney dan Melbourne. 

 

Ada beberapa tanda tentatif kasus di New South Wales dimana yang menjadi pusat wabah terburuk di negara itu. Negara bagian tersebut melaporkan 787 kasus baru pada Senin (27/9) atau menjadi angka harian terendah dalam lebih dari sebulan. Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit turun menjadi 1.155 dari 1.266 seminggu yang lalu karena tingkat vaksinasi pada orang berusia di atas 16 tahun mencapai 60 persen di negara bagian itu. 

 

Di sisi lain, negara bagian tetangga Victoria melaporkan kenaikan harian terbesar dalam infeksi, dengan 867 kasus. Australia telah menangani pandemi COVID-19 lebih baik daripada banyak negara lain yang sebanding sampai kedatangan varian Delta pada Juni memicu gelombang infeksi ketiga. Strain yang sangat menular telah bertanggung jawab atas hampir 70 persen dari total hampir 100.000 kasus di negara itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement