Komisi X Minta Tingkatkan Asesmen, Prokes, dan Evaluasi PTM
Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Anyelir 1, Depok, Jawa Barat, Selasa (28/9/2021). Pemerintah Kota Depok melakukan uji coba sejumlah Sekolah Dasar (SD) untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dengan menerapkan 50 persen siswa dan menerapkan protokol kesehatan untuk evaluasi sebelum memberikan izin seluruh sekolah pada tanggal 4 Oktober 2021. | Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian prihatin dengan adanya kasus Covid-19 yang tersebar di sekolah berbagai daerah. Menurutnya, ada upaya yang belum maksimal dilakukan pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
“Cukup disesalkan bahwa upaya kita untuk meminimalisasi learning loss dengan mengadakan PTM ternyata belum maksimal. Saya berharap kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa sekolah tersebut menjadi pelajaran untuk kita semua," ujar Hetifah lewat keterangan tertulisnya, Selasa (28/9).
Dia mendorong, perubahan perspektif bahwa klaster Covid-19 muncul karena PTM. Kasus positif dinilainya terjadi karena kurang maksimalnya protokol kesehatan dan asesmen terkait kesiapan.
"Buktinya, tidak semua sekolah yang melaksanakan PTM menjadi klaster. Oleh karena itu, bukan PTM-nya yang harus dibatalkan atau ditunda, melainkan asesmen kesiapan dan prokesnya yang ditingkatkan," ujar Hetifah.
Politikus Partai Golkar itu mendorong agar segala pihak terus melaksanakan evaluasi rutin terkait kesiapan PTM terbatas. Kunci keberhasilan PTM bebas Covid-19, Selain asesmen kesiapan dan implementasi prokes yang maksimal adalah evaluasi rutin.
"Saya dorong agar pemda, Satgas Covid-19, sekolah, serta orang tua untuk terus membuka ruang dialog dan mengevaluasi implementasi PTM. Dengan evaluasi rutin, dapat menghindarkan kita dari kelalaian yang menyebabkan timbulnya klaster Covid-19 di sekolah," ujar Hetifah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengaku, tak khawatir terhadap tren kemunculan kasus Covid-19 di sekolah-sekolah yang sudah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Ia mengaku, lebih khawatir jika terjadi kehilangan kesempatan belajar atau learning loss akibat masih banyaknya sekolah yang tak menyelenggarakan PTM terbatas.
Nadiem mengatakan, berdasarkan data Bank Dunia dan juga penelitian menunjukan dampak yang menyeramkan dari terjadinya learning loss akibat tak diselenggarakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah-sekolah yang tidak dibuka kembali pun akan memberikan dampak yang permanen terhadap kemampuan para siswa.
“Jadi ini merupakan suatu hal yang lebih mencemaskan lagi buat kami adalah seberapa lama anak-anak ini sudah melakukan PJJ yang jauh dari efektivitas sekolah tatap muka,” ungkap Nadiem.