Selasa 28 Sep 2021 15:30 WIB

Sistem Perbankan Afghanistan Hampir Hancur

Ada penarikan uang besar-besaran di bank Afghanistan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi internal menerima bantuan makanan yang didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah di Kabul, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban mengatakan pada 14 September bahwa PBB harus membantu mereka dalam membantu hampir 3,5 juta warga Afghanistan kembali ke rumah mereka setelah mengungsi di dalam negeri karena untuk kekerasan.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pengungsi internal menerima bantuan makanan yang didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah di Kabul, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban mengatakan pada 14 September bahwa PBB harus membantu mereka dalam membantu hampir 3,5 juta warga Afghanistan kembali ke rumah mereka setelah mengungsi di dalam negeri karena untuk kekerasan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kepala Eksekutif Bank Islam Afghanistan, Syed Moosa Kaleem Al-Falahi, menyatakan sistem perbankan Afghanistan hampir ambruk. Industri keuangan negara itu berada dalam cengkeraman krisis eksistensial karena pelanggan panik.

"Ada penarikan besar-besaran yang terjadi saat ini. Hanya penarikan yang terjadi, sebagian besar bank tidak berfungsi, dan tidak memberikan layanan penuh," kata Al-Falahi dikutip dari BBC, Selasa (28/9).

Baca Juga

Ekonomi Afghanistan sudah goyah bahkan sebelum Taliban mengambil alih kendali pada Agustus. Menurut Bank Dunia, negara ini sudah sangat tergantung pada bantuan asing dengan sekitar 40 persen dari produk domestik bruto (PDB) berasal dari bantuan internasional.

Tapi sejak pengambilalihan Taliban, Barat telah membekukan dana internasional, termasuk aset yang dapat diakses Afghanistan dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Al Falahi mengatakan, kondisi ini mendorong Taliban untuk mencari sumber lain dari dukungan keuangan.