REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI - Miliaran dolar dibutuhkan untuk kota-kota Afrika bersiap menghadapi perubahan iklim, termasuk mengubah pusat kota menjadi kawasan hijau, sebuah laporan yang dirilis Koalisi untuk Transisi Perkotaan dan FSD Afrika menyebutkan pada Senin.
Laporan tersebut, yang didasarkan pada hasil analisa kota-kota di Ethiopia, Afrika Selatan dan Kenya, yang digabungkan mewakili 18 persen dari populasi perkotaan Afrika, mencatat bahwa berinvestasi dalam kesiapan perubahan iklim di kota-kota Afrika akan memberi keuntungan ekonomi yang besar.
"Analis ekonomi yang ditugaskan untuk laporan tersebut menunjukkan bahwa di 35 kota besar di tiga negara [Afrika], dalam menciptakan pembangunan yang lebih kompak, bersih, dan terhubung akan membutuhkan investasi tambahan sebesar USD280 miliar tetapi akan imbas yang dihasilkan [dari investasi itu] lebih dari empat kali lipat, dengan manfaat total senilai USD1,1 triliun pada tahun 2050, setara dengan USD330 miliar dalam istilah saat ini (nilai sekarang bersih)," kata laporan itu.
Mark Napier, CEO FSD Afrika, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa "Nasib Afrika akan ditentukan oleh cara kota-kotanya berkembang. Kami sangat percaya bahwa dengan investasi hijau yang terstruktur dengan baik, adalah mungkin untuk memberikan manfaat lingkungan dan pertumbuhan ekonomi yang kuat pada waktu bersamaan."
Nick Godfrey, direktur Koalisi untuk Transisi Perkotaan, pada bagiannya mengatakan bahwa “sementara skala investasi yang dibutuhkan signifikan, dividen ekonomi jauh lebih besar, dan ada mekanisme yang ada yang mampu membiayai masa depan perkotaan yang lebih berkelanjutan, lebih sehat, dan sejahtera di seluruh Afrika.”
Investasi tersebut juga akan menciptakan ratusan ribu pekerjaan, meningkatkan kesehatan, mengurangi polusi ,dan meningkatkan produktivitas di seluruh benua. Sementara pada saat yang sama mengurangi emisi karbon dan membuat kota lebih tahan terhadap dampak kenaikan suhu, kata laporan itu.