Selasa 28 Sep 2021 18:47 WIB

Putin dan Erdogan akan Bertemu Bahas Isu di Kawasan

Situasi di Suriah, Libya, dan Afghanistan jadi pembahasan Erdogan-Putin.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan bertemu di Sochi pada Rabu (29/9). Mereka bakal membahas sejumlah isu, termasuk situasi di Suriah, Libya, dan Afghanistan.

“Pada 29 September, akan ada pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan,” kata layanan pers Kremlin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Selasa (28/9).

Baca Juga

Kremlin mengungkapkan, kedua pemimpin bakal melihat berbagai aspek kemitraan Rusia-Turki di bidang politik, perdagangan, dan ekonomi. "Akan ada pertukaran pendapat rinci tentang isu-isu penting dunia, termasuk situasi di Suriah, Libya, Afghanistan dan Transcaucasia," katanya.

Pekan lalu, Erdogan mengatakan negaranya akan melanjutkan pembelian sistem rudal S-400 Rusia. Hal itu dia sampaikan meskipun ada penentangan dari Amerika Serikat (AS).

“Tidak ada yang bisa ikut campur dalam hal sistem pertahanan seperti apa yang kami peroleh, dari negara mana, pada tingkat apa. Kami satu-satunya yang membuat keputusan seperti itu,” kata Erdogan saat diwawancara CBS News perihal pembelian kedua sistem rudal S-400, disiarkan pada Sabtu (25/9).

Wawancara itu dilakukan saat Erdogan menghadiri sidang Majelis Umum PBB. Turki dan Rusia sudah bernegosiasi mengenai transfer teknologi dan produksi lokal sistem rudal S-400 menjelang pembelian kedua. Turki telah memperoleh rudal pertama pada 2019.

Pada Desember tahun lalu, AS menjatuhkan sanksi kepada Turki karena membeli sistem rudal S-400. Sanksi Washington membidik Presidensi Industri Pertahanan Turki (SSB). Wujud dari sanksi antara lain pelarangan semua lisensi ekspor AS dan otorisasi untuk SSB. AS pun membekukan aset dan menerapkan pembatasan visa terhadap Ismail Demir selaku presiden SSB. Terdapat tiga pejabat SSB lainnya yang turut menjadi target sanksi Washington.

Sistem rudal S-400 disebut lebih unggul dibandingkan US Patriot. Para ahli percaya,  S-400 dapat mendeteksi dan menembak jatuh target termasuk rudal balistik, jet musuh serta pesawat nirawak hingga jarak 600 kilometer, pada ketinggian antara 10 meter dan 27 kilometer. S-400 dapat melesat dengan kecepatan maksimum 17 ribu kilometer per jam, sedangkan US Patriot hanya 5.000 kilometer per jam.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement