REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Jamaluddin, mengingatkan wisatawan yang ke Aceh untuk selalu menghargai kearifan lokal setempat. Salah satunya terkait syariat Islam yang berlaku di daerah yang dijuluki Serambi Mekah itu.
"Kami (Aceh) wisata halal, setiap orang yang datang harus menghargai local wisdom atau budaya lokal," kata Jamaluddin di Banda Aceh, Selasa (28/9).
Ketentuan itu, kata Jamaluddin, tidak hanya diperuntukkan terhadap wisatawan mancanegara, melainkan semua pelancong baik lokal maupun wisatawan nusantara. Dalam mengenalkan wisata Aceh, pihaknya sudah mulai meningkatkan promosi menggunakan teknologi informasi seperti media sosial yang dinilai lebih efektif.
"Teknologi informasi seperti media sosial itu lebih cepat, bahkan juga promosikan pariwisata Aceh lewat penyelenggaraan event," kata Jamaluddin.
Anggota Komisi IV (bidang pariwisata) DPR Aceh, Abdurrahman Ahmad, melihat selama ini wisatawan asing ke Aceh sudah cukup menghargai ketentuan budaya lokal, hanya saja perlu disampaikan untuk berpakaian lebih sopan. "Kalaupun ada tempat pemandian mereka, maka harus dengan pakaian sopan serta sesuai adat istiadat yang berlaku di Aceh," kata dia.
Sejauh ini, wisatawan mancanegara belum ada yang bermasalah saat berada di Aceh. Mereka mulai memahami adat istiadat atau syariat Islam yang diterapkan di Aceh.
"Seperti kami lihat saat ke Masjid Raya Baiturrahman, mereka datang tetap memakai tutup kepala. Saya pikir bagi mereka pendatang akan patuh pada aturan," ujar Abdurrahman.