Rabu 29 Sep 2021 12:39 WIB

Polusi Udara Berkontribusi pada Kelahiran Prematur Bayi

Polusi udara dikaitkan dengan 6 juta kelahiran bayi prematur.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Bayi prematur
Foto: irishprematurebaby.com
Bayi prematur

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Polusi udara ternyata berdampak pada kelahiran bayi prematur. Studi global baru menyebutkan polusi udara berkontribusi pada hampir enam juta kelahiran prematur dan hampir tiga juta bayi dengan berat badan rendah di seluruh dunia pada tahun 2019.

Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa paparan PM2.5, partikel kecil polutan di udara seperti jelaga dan abu, selama kehamilan memiliki kaitan erat dengan peningkatan risiko bayi mereka lahir terlalu kecil atau terlalu dini. 

Baca Juga

Diketahui, bahwa komplikasi kelahiran prematur adalah penyebab utama kematian di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Kelahiran prematur juga secara signifikan meningkatkan risiko banyak penyakit. 

Risikonya sangat tinggi di lingkungan berpenghasilan rendah. Dari hasil penelitian, sekitar setengah dari bayi yang lahir pada atau sebelum 32 minggu (2 bulan lebih awal) meninggal.

Seperti dilaporkan dalam jurnal PLOS Medicine, dilansir di IFL Science, Rabu (29/9), para ilmuwan di UC San Francisco dan University of Washington mencari gambaran global tentang bagaimana polusi udara memengaruhi kelahiran dan kematian anak pada tahun 2019. 

Dengan menggunakan sejumlah besar data yang ada, mereka melakukan meta-analisis dari beberapa indikator utama kehamilan di seluruh dunia, termasuk usia kehamilan saat lahir, penurunan berat badan lahir, berat badan lahir rendah, dan kelahiran prematur.

Banyak dampak terlihat di negara berkembang. Temuan menunjukkan kejadian global kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah dapat dikurangi hampir 78 persen jika polusi udara diminimalkan di Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara. 

Namun, bagian dunia yang sudah maju juga merasakan sengatannya. Para peneliti memperkirakan ada hampir 12 ribu kelahiran prematur pada 2019 di AS yang dapat dikaitkan dengan polusi udara di luar ruangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement