Rabu 29 Sep 2021 14:15 WIB

Taliban Larang Sementara Mahasiswi Kuliah

Larangan sementara mahasiswi kuliah diberlakukan oleh Taliban.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Taliban Larang Sementara Mahasiswi Kuliah. Foto: Anggota Taliban duduk di depan mural yang menggambarkan seorang wanita di balik kawat berduri di Kabul, Afghanistan, Selasa, 21 September 2021.
Foto: AP/Felipe Dana
Taliban Larang Sementara Mahasiswi Kuliah. Foto: Anggota Taliban duduk di depan mural yang menggambarkan seorang wanita di balik kawat berduri di Kabul, Afghanistan, Selasa, 21 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah Afghanistan kini melarang mahasiswi untuk berkuliah di universitas. Peraturan ini dibuat oleh rektor Universitas Kabul yang ditunjuk Taliban. Mereka memerintahkan siswa perempuan untuk tidak kembali ke universitas sampai lingkungan Islami yang sesuai tersedia.

Taliban baru-baru ini juga memecat rektor terkenal Universitas Kabul, Muhammad Osman Baburi, dan menunjuk Mohammad Ashraf Ghairat. Pemecatan ini mengundang kritik tajam dari semua kalangan.

Baca Juga

Sekarang, Ghairat telah memberikan larangan terhadap hak-hak perempuan dan pendidikan di Afghanistan dengan diktat baru yang tidak mengizinkan mereka masuk ke Universitas Kabul, dilansir di indiatoday.in, Rabu (29/9).

“Kami akan memiliki kelas terpisah untuk pria dan wanita dan fokus utama kami adalah menyediakan lingkungan Islami untuk semua, terutama wanita,"ujar Ghairat.

Taliban telah menyatakan bahwa perempuan Afghanistan akan diizinkan untuk bekerja dan belajar dalam batas-batas hukum Syariah, yang dicatat sebagai pergeseran dari kebijakan rezim Taliban sebelumnya.

Namun, gerakan Taliban untuk membatasi pendidikan perempuan dan hak untuk mencari nafkah telah melukiskan gambaran yang berbeda. Sejak Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus, perempuan pertama kali diminta untuk tidak kembali ke tempat kerja mereka di lembaga pendidikan.

Kemudian, tirai dan sekat dipasang di ruang kelas untuk memisahkan laki-laki dan perempuan, sementara guru perempuan juga diminta untuk tidak mengajar siswa laki-laki. Namun perubahan kembali terjadi, Ghairat membuat pernyataan baru.

“Selama lingkungan Islam yang nyata tidak disediakan untuk semua, wanita tidak akan diizinkan untuk datang ke universitas atau bekerja.”

Dalam sebuah cuitan, Ghairat mengatakan, “Tujuan kami untuk Universitas Kabul  adalah menjadikannya pusat bagi semua muslim di seluruh dunia untuk berkumpul, meneliti, mempelajari, dan mengislamkan sains modern. Saya di sini untuk mengumumkan bahwa kami akan menyambut cendekiawan dan mahasiswa pro-muslim untuk mendapatkan manfaat dari lingkungan Islam yang nyata di universitas Kabul,"ujar dia.

Ghairat juga menganggap pendidikan sebagai aspek penting dalam pembangunan Afghanistan, tetapi bagi kami, studi agama adalah yang pertama, dan sains modern adalah yang kedua. Fokus utama kami adalah pada Islamisasi negara dan institusi akademik kami.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement