Pengamat: Jangan Politisasi Pemindahan Patung di Kostrad

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto

Pengunjung melihat diorama G30S/PKI di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (28/9). Pembersihan monumen dan latihan upacara tersebut diselenggarakan dalam rangka persiapan jelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang akan diselenggarakan pada Jumat (1/10). Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung melihat diorama G30S/PKI di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (28/9). Pembersihan monumen dan latihan upacara tersebut diselenggarakan dalam rangka persiapan jelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang akan diselenggarakan pada Jumat (1/10). Republika/Putra M. Akbar | Foto: Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menyayangkan tudingan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo soal penyusupan komunisme di tubuh TNI. Menurutnya, tudingan itu tak tepat dan terkesan mempolitisasi masalah.

Herry memandang, pemindahan tiga patung di Museum Dharma Bhakti sebenarnya bisa ditanggapi biasa saja. Pasalnya, permintaan pemindahan berasal dari Pangkostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution yang menggagas dibuatnya patung itu.

"Ini jelas bahwa pembongkaran patung sejarah G30S/PKI adalah permintaan langsung dari pembuatnya eks-Pangkostrad ke-34. Tentu seharusnya bukan menjadi persoalan," kata Herry dalam keterangannya kepada Republika, Rabu (29/9).

Herry menilai, permintaan AY Nasution wajar saja karena sesuai ajaran Islam yaitu membuat patung serupa ciptaan Allah termasuk larangan. Menurutnya, alasan AY Nasution meminta kembali patung demi ketenangan pribadi mestinya dihormati.

"Sebenarnya permintaan Letjen (Purn) AY Nasution ini masuk akal didasari keyakinan agama yang dianutnya yang melarang soal patung. Saya pikir tidak ada yang keliru," ujar Herry.

Atas dasar itulah, Herry menyindir, isu pembongkaran patung di Museum Kostrad yang malah dimanfaatkan oleh oknum demi kepentingannya. Dia mengamati, memang ada segelintir oknum yang getol menarasikan kebangkitan komunisme. 

"Hal ini jangan sampai dipolitisasi oleh oknum yang selalu bernarasi soal kebangkitan komunisme karena akan menyebabkan kemunduran bangsa," ucap Herry.

Sebelumnya, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyampaikan kabar hilangnya diorama G30S PKI dan patung Pahlawan Revolusi di Markas Kostrad. Dari akun YouTube Hersubeno Point, Gatot menyebut, diorama G30S/PKI yang hilang tersebut adalah momen ketika Mayjen Soeharto memerintahkan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo untuk menumpas PKI.

Di diorama itu terlihat Mayjen Soeharto berdiri di hadapan Sarwo Edhie. Kemudian, di sebelahnya tampak Jenderal AH Nasution tengah duduk sambil memegang tongkat, dan mengangkat kakinya ke meja dengan diperban, usai ditembak personel Cakrabirawa.

"Mengapa saya sampaikan ini? Untuk mengingatkan bahwa indikasi seperti ini apabila dibiarkan maka peristiwa kelam tahun 65 bisa terjadi lagi. Betapa menyakitkan dan menyedihkan. Yang korban rakyat juga," ucap Gatot. 

 

Terkait


Eks FPI Minta PKI Tetap Mati di Bumi Pertiwi

Jonkers 'Sawo Matang' di Kastil Breda

Dandim Kunjungi Rumah Pengasuh Ade Irma Nasution

A.H. Nasution, Jenderal Kebanggaan Indonesia dan Dunia

Sosialisasi Pergantian Nama Jalan Mampang Raya Dilakukan

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark