REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Irfan Wahyudi melakukan kajian terkait alasan media sosial TikTok yang begitu digemari milenial saat ini. TikTok kini menempati posisi ketujuh sebagai media sosial dengan jumlah pengguna aktif terbanyak di dunia.
Di Indonesia, meski sempat diblokir pada 2018, TikTok kini malah berbalik digemari. Tidak terkecuali oleh para entertainer.
"Menurut saya wajar jika TikTok begitu digandrungi, karena TikTok adalah platform visual yang sangat mudah menarik perhatian semua orang, tidak terkecuali milenial," kata Irfan dalam sebuah dialog virtual, Rabu (29/9).
Irfan menyebutkan, sepak terjang TikTok di Indonesia seharusnya tidak mulus. Telah adanya media sosial besar seperti Youtube dan Instagram yang menguasai market lebih dahulu membuat TikTok harus berupaya lebih dalam mencari celah.
"Jika membandingkan dengan platform audio visual, tentu kita ingat dengan SnapChat atau Youtube yang lebih dulu masuk, bertumbuh, dan meraih pasar di Indonesia. Untuk itu harus ada fitur yang bisa menjadi pembeda dan unggul untuk bisa bersaing," ujarnya.
Irfan menjelaskan, fitur challenge dan juga batasan waktu yang singkat menjadi keunggulan yang dapat menarik minat pengguna. "Jika untuk membaca karya tulis perlu adanya pendahuluan, video panjang, namun kalau TikTok langsung ke intinya dalam hitungan detik," kata dia.
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Unair itu mengatakan, algoritma yang akan menampilkan video serupa dari reference video yang telah dilihat dan disukai juga menjadi fitur unggulan dari media asal Tiongkok itu. Sehingga engagementnya bisa besar.
Irfan berpendapat, melalui fitur yang dimilikinya, platform yang diluncurkan pada September 2016 ini mampu membuat sebuah tren yang menarik. Seseorang yang biasanya harus menghabiskan banyak waktu, kini hanya perlu menghabiskan lima belas hingga enam puluh detik untuk mendapat inti atau resume dari informasi melalui platform yang memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan ini.
Didukung dengan berkembangnya konsep instan dan pragmatisme di masyarakat, fitur ini mampu memenuhi kebutuhan dan akhirnya berkembang pesat. "Dibarengi dengan banyaknya pengguna aktif dan keinginan TikTok untuk terus memahami keinginan audiens, fenomena ramainya penggunaan platform ini diprediksi akan tetap bertahan dalam beberapa waktu mendatang," ujarnya.