Rabu 29 Sep 2021 16:00 WIB

Efek Samping Kontrasepsi yang Paling Sering Dikeluhkan

Sebanyak 34 persen putus pakai kontrasepsi terjadi akibat efek samping ringan.

Red: Reiny Dwinanda
Kontrasepsi (ilustrasi). BKKBN mencatat hanya 57 persen dari perempuan usia subur, yakni 15-49 tahun yang telah menikah, menggunakan metode kontrasepsi modern.
Foto: www.freepik.com
Kontrasepsi (ilustrasi). BKKBN mencatat hanya 57 persen dari perempuan usia subur, yakni 15-49 tahun yang telah menikah, menggunakan metode kontrasepsi modern.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengatakan perlu adanya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) mengenai pentingnya penggunaan kontrasepsi. Terlebih, masih banyak kesalahpahaman tentang efek sampingnya.

"Sebanyak 34 persen putus pakai kontrasepsi terjadi karena adanya keluhan-keluhan efek samping yang sebetulnya masih bisa ditoleransi," ujar dr. Hasto dalam webinar "Hari Kontrasepsi Sedunia 2021" pada Rabu.

Baca Juga

Menurut dr. Hasto, efek samping yang dikeluhkan pengguna kontrasepsi sebetulnya tidak berat. Hanya saja, mereka tidak mendapatkan penjelasan yang benar.

Dr. Hasto mengatakan bahwa total peserta aktif KB di Indonesia saat ini mencapai 36.8 juta jiwa. Namun, hanya 57 persen dari perempuan usia subur, yakni 15-49 tahun yang telah menikah, menggunakan metode kontrasepsi modern.

"Sebanyak 34 persen pengguna KB berhenti menggunakan kontrasepsi karena alasan efek samping berjerawat, rasa mual, sakit kepala, menstruasi tidak teratur, peningkatan berat badan, dan kram perut," ungkap dr. Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement