Kasus Covid Sleman Turun, Kematian Masih Tinggi
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Warga menunggu antrean tes Covid-19 dengan swab antigen massal di Turi, Sleman, Yogyakarta. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat penurunan kasus covid terus terjadi pada September 2021. Namun, selama PPKM Level 3 ini, masyarakat Sleman masih diminta waspada karena angka kematian akibat covid Sleman masih tinggi.
Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama mengatakan, akumulasi kasus Sleman sudah mencapai 54.180 orang. Sebanyak 51.391 orang dinyatakan sembuh, sehingga angka kesembuhan di Sleman mencapai 94,9 persen, kurang 0,1 dari angka nasional.
Penambahan kasus September terpaut satu digit dari penambahan yang terjadi pada Juli 2021. Namun, dia mengingatkan, angka kematian akibat covid di Sleman masih tinggi yaitu 2.386 orang dengan case fatality rate (CFR) sekitar 4,4 persen.
"Karena angka kematian masih tinggi, kami berharap walaupun kasus sudah landai, bahkan sudah turun sekali, tapi tolong tetap waspada," kata Cahya, Rabu (29/9).
Dia mengimbau, masyarakat yang memiliki penyakit komorbid segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan vaksinasi. Cahya menekankan, jika ada yang sakit mengarah ke covid segera dirawat di rumah sakit, jangan di rumah.
Sebab, lanjut Cahya, biasanya pasien-pasien yang sudah berat baru dibawa ke rumah sakit covidnya lebih sulit dikendalikan. Apalagi, ketika kondisi pasien sudah kritis dan memiliki penyakit komorbid, kondisi sudah sulit terkendali.
"Kalau terinfeksi covid segera ke rumah sakit, jangan menunggu kritis," ujar Cahya.
Terkait penurunan kasus, Cahya mengungkapkan, mereka turut mempertimbangkan untuk menutup beberapa tempat isolasi terpadu (isoter). Salah satu langkah yang akan diambil melakukan efisiensi tenaga kesehatan di isoter dan rs darurat.
Bahkan, sudah dilakukan pembahasan untuk mengurangi jumlah isoter dari empat menjadi satu. Meski begitu, Cahya menekankan, wacana itu masih akan terus dikaji jangan sampai ketika dilakukan penutupan terjadi lonjakan kasus.
Karena itu, kata Cahya, yang akan dilakukan terlebih dulu melakukan efisiensi tenaga kesehatan yang bertugas di isoter maupun rs darurat. Walau dikontrak sampai akhir tahun, akan coba dikurangi misal dari lima orang ke tiga orang.
"Kita alihkan untuk membantu pelayanan vaksinasi karena volume kerja kita yang paling besar saat ini di sektor pengelolaan vaksin," kata Cahya.
Rencana penutupan isoter ini dimaksudkan agar penanganan pasien covid terpusat di isoter-isoter yang dikelola Pemkab Sleman. Saat ini, setidaknya ada empat isoter yaitu Asrama Haji DIY, Rusunawa Gemawang, Asrama Unisa dan Asrama UII.
Efisiensi saat ini baru bisa dilakukan di rs-rs rujukan karena bila sebelumnya ada yang mengalokasikan empat bangsal khusus covid, kini hanya satu. Dengan begitu, bangsal-bangsal lain sudah bisa dikembalikan menjadi bangsa untuk umum.
"Tapi, tetap siap begitu terjadi lonjakan nanti bisa dipakai lagi. Artinya, sarana prasarana yang ada seperti oksigen, cerobong, jangan dihilangkan dulu, biar tetap sebagai tempat tidur covid, begitu landai silakan dipakai umum," ujar Cahya.