Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir
REPUBLIKA.CO.ID, Namanya Dhafa Hudaya. Ia terlahir prematur yaitu ketika usianya di rahim sang ibunda masih 6.5 bulan. Karena itulah saraf penglihatannya tidak sempurna.
Meski demikian ia adalah anak yang periang. Akrab dengan siapa saja. Apa yang dipandang sebagian orang sebagai kekurangan pada dirinya, pada hakikatnya adalah kelebihan. Mata yang berada di kepalanya memang tidak berfungsi, tapi mata yang ada pada hatinya jauh lebih kuat dari mata hati kebanyakan orang.
Di sela-sela jamuan makan siang Bupati Tanah Datar di Indo Jalito, beberapa waktu lalu, saya berbincang-bincang dengan ayah Dhafa yang juga seorang guru.
Dengan jujur ayah Dhafa berkata, cukup berat baginya pada awalnya menerima kenyataan anak laki-lakinya terlahir dalam keadaan cacat penglihatan.
Bahkan terkadang ia merasa malu. Tak jarang ketika pergi ke acara walimahan, Dhafa sengaja ditinggalkan di mobil agar tidak menjadi perhatian orang banyak.
Tapi hal itu berubah ketika sang ayah melihat potensi Dhafa dalam menghafal Alquran. Sejak usia lima tahun, Dhafa sudah mulai menghafal Alquran. Media yang digunakan hanyalah aplikasi Alquran di telepon genggam. Saking kuatnya daya hafal Dhafa, dalam satu hari ia bisa menghafal satu juz penuh.
Dhafa pun didaftarkan ke rumah tahfizh untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan hafalan dan bacaannya. Dhafa juga diikutsertakan dalam berbagai event musabaqah. Hasilnya sangat menggembirakan. Mulai saat itu, rasa malu yang dirasakan sang ayah berubah menjadi rasa bangga.
Sekarang usia Dhafa sudah sembilan tahun. Dalam usia sedini ini ia sudah hafal 26 juz. Insya Allah Dhafa akan memperkuat kontingen Tanah Datar untuk berlaga dalam MTQ tingkat Sumatra Barat di Padang Panjang November mendatang dalam cabang hafiz 20 Juz.
Semoga Allah SWT karuniakan pada kita rasa cinta terhadap Alquran dan ahli Alquran. Amiin.