REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Blok Mahakam kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi ternyata tidak seindah dibayangkan. Blok yang sempat menjadi kontributor terbesar produksi minyak nasional saat ini melempem.
Penyebabnya, operator sebelumnya tidak mengizinkan Pertamina masuk melakukan intervensi di dua tahun menjelang kontrak berakhir. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, penurunan produksi Blok Mahakam saat RDP bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (29/9).
Nicke menjelaskan, penyebab utama merosotnya produksi Blok Mahakam saat ini, karena selama dua tahun terakhir saat masih dipegang Total dan Inpex, mereka tidak melakukan pengeboran sama sekali.
"Blok Mahakam memang hal yang traumatik sekali. Dua tahun sebelum alih kelola ternyata mereka tidak melakukan apa-apa," kata Nicke.
Ketika Pertamina menawarkan diri untuk masuk, Total dan Inpex menolak. Sehingga Pertamina tidak bisa masuk ke Blok Mahakam. "Padahal sudah kami tawarkan juga, biar kami yang investasi," ujar Nicke.
Nicke menilai, ini merupakan masa transisi alih kelola yang tidak berjalan baik. Akhirnya, saat Blok Mahakam diserahkan ke Pertamina, Pertamina harus menghadapi kenyataan natural decline dari Blok ini mencapai 57 persen.
"Apa yang kemudian kami lakukan hari ini? Dalam setahun kami harus mengebor 199 sumur baru. Tapi apakah ini bisa menutup natural decline? Hanya bisa mengecilkan natural decline," ujar Nicke.
Saat ini natural decline yang terjadi di Blok Mahakam sebesar 25 persen. Dengan upaya sebanyak 220 sumur baru harus dibor, yang artinya dua hari sekali Pertamina harus menemukan sumur baru dan melakukan pengeboran.