REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Seorang pemimpin Muslim Rohingya terkemuka, Mohibullah ditembak mati di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh selatan. Juru bicara Masyarakat Arakan Rohingya untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia (ARPSH), Mohammad Nowkhim mengatakan, Mohibullah sedang berbicara dengan para pemimpin pengungsi lainnya di luar kantornya setelah shalat maghrib, kemudian seorang pria bersenjata menembaknya tiga kali.
“Dia ditembak dan meninggal dunia secara langsung (di tempat kejadian),” kata Nowkhim, dilansir Aljazirah, Kamis (30/9).
Mohibullah dilarikan ke rumah sakit utama Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF) di kamp tersebut. Seorang tenaga medis mengatakan, Mohibullah dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sudah tidak bernyawa.
Seorang wakil pengawas polisi di kota terdekat Cox's Bazar, Rafiqul Islam, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa, Mohibullah telah ditembak mati. Tetapi dia tidak memberikan rincian informasi tambahan.
Mohibullah adalah salah satu pemimpin minoritas Muslim Rohingya paling terkemuka. Dia pernah diundang ke Gedung Putih, dan berbicara dengan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Mohibullah membentuk ARPSH di kamp Bangladesh beberapa bulan setelah masuknya pengungsi dari Myanmar. Dia juga membantu menyelidiki pembantaian yang dilakukan oleh tentara Myanmar dan milisi Buddha pada 2017.
Baca juga : Lelaki di Surga Dapat Bidadari, Wanita Dapat Apa?
Pada Agustus 2019, Mohibullah mengorganisir pertemuan umum besar-besaran di kamp Kutapalong, pemukiman utama Rohingya. Pertemuan itu dihadiri sekitar 200 ribu orang Rohingya. Pertemuan umum itu menegaskan kepemimpinan puncaknya di antara para pengungsi.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, pasukan keamanan Bangladesh membatasi kegiatan kelompok Mohibullah dan ARPSH. Mereka tidak diizinkan untuk mengadakan pertemuan umum selama peringatan penumpasan Muslim Rohingya pada 2020 dan 2021.