REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Sekitar tiga perempat rakyat Venezuela sekarang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Menurut Survei Nasional Kondisi Kehidupan (ENCOVI) 2020-2021 yang diterbitkan pada Rabu (29/9), kemiskinan ekstrem disebabkan oleh hiperinflasi yang berlangsung selama tujuh tahun berturut-turut.
Survei Nasional Kondisi Kehidupan (ENCOVI) 2020-2021 dilakukan oleh para peneliti di Universitas Katolik Andres Bello (UCAB). Survei tersebut menemukan bahwa dari 28 juta penduduk Venezuela, 76,6 persen hidup dalam kemiskinan ekstrem. Angka tersebut naik dari 67,7 persen pada tahun lalu.
Laporan tersebut mengaitkan peningkatan kemiskinan ekstrem dengan pandemi Covid-19 dan kekurangan bahan bakar kronis. Menurut 20 persen responden, mereka tidak dapat membeli bensin.
Seorang sosiolog UCAB yang berkontribusi pada penelitian, Pedro Luis Espana, mengatakan, Studi ENCOVI dibuat pada 2014 karena tidak ada data resmi. Espana mengatakan, di luar hilangnya daya beli, kurangnya lapangan kerja telah menyebabkan kebosanan. Dia menambahkan, sektor publik Venezuela membayar pekerja dengan buruk, karena upah minimum negara itu berkisar sekitar 3 dolar AS per bulan, dan porsi sektor swasta sangat kecil.
“Ini adalah karena tidak ada peluang. Mereka duduk di depan pintu rumah, tidak melakukan apa-apa, bukan karena tidak ingin melakukan apa pun, tetapi karena tidak ada tempat untuk melakukannya," kata Espana.
Menurut survei ENCOVI, ketika diukur dengan tingkat pendapatan, 94,5 persen populasi hidup dalam kemiskinan. Survei dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada 14 ribu rumah tangga di 21 dari 23 negara bagian antara Februari dan April.
Kementerian Informasi Venezuela tidak menanggapi permintaan komentar atas temuan survei tersebut. Sementara pemerintah Presiden Nicolas Maduro sering menyalahkan sanksi AS atas kesengsaraan negaranya. Tetapi para kritikus mengaitkan krisis Venezuela dengan salah urus pemerintah terhadap ekonomi.