REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Dinas Perkebunan dan Hortikultura (Disbun) Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong petani di sejumlah wilayah untuk mengembangkan tanaman kemiri Sunan (Reutealis Trisperma Blanco), yang dipercaya dapat menghasilkan minyak nabati, yang melebihi potensi kelapa sawit.
"Selama ini pohon kemiri yang sudah tumbuh dan berproduksi di sejumlah kabupaten di Sultra, adalah kemiri lokalan yang tumbuh alami, yang harganya pun jauh lebih rendah dibanding dengan kemiri Sunan produk unggul yang sudah berkembang di beberapa daerah di tanah air," kata Sekretaris Disbunhorti Provinsi Sultra Ari Sismanto, Kamis (30/9).
Ia mengatakan, di pulau Jawa misalnya, kemiri Sunan berpotensi menghasilkan minyak nabati hingga 6-8 ton per hektare per tahun atau melebihi potensi kelapa sawit yang hanya berkisar 4-6 ton per tahun.
Keunggulan lain dari minyak kemiri yakni dapat diolah menjadi biofuel (biodiesel) sebagai pengganti bahan bakar diesel. Kemiri Sunan tumbuh sangat baik di daerah lahan kritis sehingga tidak bersaing dengan tanaman penghasil pangan.
Karena tinggi pohon bisa mencapai 12-20 Meter dengan kanopi yang sangat rimbun, berdaun besar dan berakar tunjang maka pohon kemiri Sunan sangat cocok sebagai tanaman konservasi.
Kemiri Sunan berumur panjang dan sangat produktif karena mulai berbuah pada usia tiga tahun. Hasil penelitan menyebutkan biji buahnya pun mengandung reedmen crude oil (minyak mentah) 50-62 persen yang bisa diubah menjadi biodiesel sampai 90 persen.
Ari Sismanto menyebutkan, areal tanaman kemiri di Sultra mencapai 2.798 hektare yang tersebar di hampir semua kabupaten di Sultra, namun yang terluas berada di lima Kabupaten yakni Konawe Selatan, Konawe, Kolaka Timur, Kolaka Utara dan Buton Selatan.
"Produksi kemiri kita memang masih tergolong masih rendah yakni 400-500 kg per hektare, dengan melibatkan petani sebagai pemilik lahan lebih dari 8.000-an orang," katanya.