Kamis 30 Sep 2021 14:45 WIB

Pemimpin Komunitas Muslim Rohingya Tewas Ditembak

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) sangat sedih dengan tewasnya Ullah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Police Line
Foto: [ist]
Police Line

REPUBLIKA.CO.ID, COXBAZAR -- Juru bicara PBB dan kepolisian Bangladesh mengatakan seorang pria bersenjata menembak dan membunuh tokoh muslim Rohingya di kamp pengungsian Cox Bazar pada Rabu (29/9) kemarin. Peristiwa ini terjadi setelah kekerasan di pemukiman pengungsi terbesar di dunia itu kian memburuk dalam beberapa bulan terakhir.

Mohib Ullah yang berusia di akhir 40-an adalah salah satu pemimpin dari jumlah komunitas pengungsi yang terus bertambah. Sejak lebih dari 730 ribu warga muslim Rohingya melarikan diri dari penindakan keras militer Myanmar.

Baca Juga

Ia pernah diundang Gedung Putih dan berbicara dengan Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Ullah salah satu tokoh terkenal dalam gerakan advokasi muslim Rohingya yang menghadapi persekusi dari generasi ke generasi.

Deputi inspektur kota dekat Cox Bazar, Rafiqul Islam mengatakan Mohib Ullah ditembak di bagian kepala tapi ia tidak menjelaskan lebih lanjut. Juru bicara Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan lembaganya 'sangat sedih' dengan pembunuhan Mohib Ullah.

"Kami melanjutkan kontak dengan pihak penegak hukum yang bertugas menjaga keamanan dan perdamaian di kamp pengungsian," kata juru bicara tersebut seperti dikutip Channel News Asia Kamis (30/9).  

Organisasi Mohib Ullah, Arakan Rohingya Society for Peace and Human Rights mendokumentasikan kekejian yang dialami masyarakat Rohingya selama penindakan keras militer Myanmar. PBB mengatakan penindakan tersebut dilaksanakan dengan niat genosida.

Di kamp pengungsi Bangladesh, Mohib Ullah mendatangi tenda demi tenda. Ia mencatat pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran untuk dibagikan dengan penyelidik internasional.

Organisasinya bekerja untuk memberi pengungsi suara baik di dalam kamp maupun ke internasional. Di Dewan HAM PBB ia mengatakan Rohingya ingin berbicara untuk diri mereka sendiri.

Namanya yang terkenal membuat ia menjadi target ancaman pembunuhan orang-orang garis keras. "Bila saya meninggal, saya baik-baik saja, saya sudah menyerahkan hidup saya," katanya pada kantor berita Reuters tahun 2019 lalu.

Para penghuni mengatakan kekerasan di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh meningkat tajam. Orang-orang bersenjata memperebutkan kekuasaan, menculik kritikus dan memperingatkan perempuan agar tidak melanggar hukum agama konservatif.

Aktivis masyarakat Rohingya dan penasihat Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar, Aung Kyaw Moe mengatakan kematian Mohib Ullah 'kehilangan besar bagi masyarakat Rohingya'.

"Ia selalu menyadari adanya ancaman, tapi ia berpikir meski ada ancaman tapi bila ia berhenti bekerja, maka tidak ada yang melakukan pekerjaannya," kata Aung Kyaw Moe.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement