Kamis 30 Sep 2021 15:35 WIB

Kim Jong-Un Siap Pulihkan Komunikasi dengan Korsel

Kim masih menuduh Korsel kerap melayani AS daripadai bicara antar-Korea.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un
Foto: VOA/AFP
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menyatakan kesediaannya memulihkan jalur komunikasi yang sempat terputus dengan Korea Selatan (Korsel) dalam beberapa hari mendatang. Namun Kim Jong-un mengabaikan tawaran Amerika Serikat (AS) untuk berdialog.

Menurut Korean Central News Agency (KCNA), Kim berpidato di Parlemen negara, Majelis Tertinggi Rakyat, pada Rabu (29/9) waktu setempat untuk menyampaikan pemulihan komunikasi dengan Korsel yang akan terwujud pada Oktober. Seperti diketahui saluran komunikasi atau hotline di antara kedua negara Korea terputus selama lebih dari setahun.

Baca Juga

"Kim menyatakan kesediaannya untuk menyambungkan kembali hubungan langsung antar-Korea mulai Oktober sebagai bagian dari upaya mewujudkan harapan masyarakat akan hubungan yang lebih baik dan perdamaian abadi antara kedua pihak yang bersaing itu," kata kantor berita resmi KCNA.

Dalam pidatonya, Kim masih menuduh Korsel kerap melayani AS daripada berkomitmen untuk menyelesaikan masalah secara independen antar-Korea. Sementara itu, Kementerian Unifikasi Korea Selatan menanggapi bahwa mereka akan mempersiapkan pemulihan hotline yang diperlukan untuk membahas dan menyelesaikan banyak masalah yang tertunda. Dikatakan "operasi yang stabil" dari saluran komunikasi diharapkan karena restorasi mereka diinstruksikan langsung oleh Kim Jong-un.

Sementara soal AS, Kim Jong-un menolak tawaran AS berulang kali untuk melanjutkan pembicaraan tanpa prasyarat. Kim mengatakan ancaman militer AS dan kebijakan bermusuhan tetap tidak berubah di bawah pemerintahan baru Presiden Joe Biden.

Pemerintahan Biden mengatakan telah menghubungi Pyongyang untuk memecahkan kebuntuan atas pembicaraan yang bertujuan untuk melucuti program nuklir dan misilnya dengan imbalan keringanan sanksi AS. Namun, Kim mengatakan tawaran berhubungan kembali dan dialog hanyalah "kedok" untuk kebijakan bermusuhan yang berkelanjutan.

Korut telah lama menyebut sanksi ekonomi yang dipimpin AS dan latihan militer reguler antara Washington dan Seoul sebagai bukti permusuhan AS terhadap negaranya. Kim Jong-un telah mengatakan akan meningkatkan persenjataan nuklirnya dan tidak melanjutkan diplomasi nuklir dengan Washington kecuali permusuhan AS seperti itu ditarik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement