REPUBLIKA.CO.ID, — Sebuah pertanyaan diajukan kepada Pusat Kajian Islam Mesir. Apa hukumnya bila saya sholat Isya berjamaah di belakang (bermakmum) kepada orang yang sedang sholat sunnah bakdiyah Isya misalnya? Apakah dia dapat menjadi imam (sholat isya berjamaah)?
Pusat Kajian Islam Mesir menjawab bahwasanya sah mengikuti orang yang disangka sedang sholat wajib dengan syarat sesuai tata cara sholatnya antara makmum dan imam.
Pendapat ini dipegang Mazhab Syafii dan Ahmad bin Hanbal. Dan Komisi Fatwa itu memperkuat dengan hadits yang diriwayatkan Muadz bin Jabal:
كان يصلي مع النبي صلى الله عليه وسلم صلاة العشاء، ثم يرجع إلى قومه فيصلي بهم تلك الصلاة.
“Muadz bin Jabal pernah sholat Isya bersama Nabi Muhammad ﷺ , kemudian dia pulang ke kampungnya lalu sholat Isya bersama kaumnya. Redaksi lainnya berbunyi:
عن جابر قال: كان معاذ يصلي مع النبي صلى الله عليه وسلم العشاء ثم يطلع إلى قومه فيصليها لهم، هي له تطوع، ولهم مكتوبة العشاء
“Dari Jabir dia berkata, Muadz pernah sholat Isya bersama Nabi ﷺ kemudian pulang ke kampungnya dan dia sholat (menjadi imam) bersama mereka. Bagi Muadz sholatnya adalah sunnah sementara sholat kaumnya adalah sholat wajib Isya.
Mereka menambahkan dalam laman media sosialnya bahwa boleh sholat fardhu di belakang orang lain yang sedang sholat sunnah.
Sebagai tambahan bahwa yang dimaksud bahwa sah mengikuti orang yang disangka sedang sholat wajib dengan syarat sesuai tata cara sholatnya antara makmum dan imam adalah bahwa bila dilihat secara zahir (kasat mata) tidak ada perbedaan antara sholat yang dilakukan imam dan sholat yang dilakukan makmum.
Karena salah satu syarat sah sholat berjamaah adalah adanya kesesuaian bentuk atau cara sholat antara makmum dan imam. Kendati pun terdapat perbedaan dari segi rakaat sholat antara imam dan makmum, atau pun perbedaan niat sholat antara imam dan makmum, maka hal tersebut tidak menjadi masalah.
Karena yang terpenting secara zahir bentuk sholat makmum dan imam tidak berbeda atau bertentangan. Sementara bila terdapat perbedaan gerakan antara imam dan makmum maka sholat berjamaah tersebut tidak sah.
Contohnya seseorang bermakmum sholat maktubah kepada seseorang yang sedang shalat ghaib maka sholat berjamaahnya tidak sah. Sebab litaazuril mutaba'ah atau sulit diikuti gerakan imamnya. Karena sholat ghaib itu dilakukan empat kali takbir dan langsung salam tanpa adanya gerakan lain semisal rukuk, itidal atau sujud.
Terkecuali tiba-tiba seseorang tersebut datang ketika orang yang sedang sholat ghaib itu berada di takbir keempat, lalu orang tersebut masuk berniat sholat maktubah berjamaah sebagai makmum maka sholat berjamaahnya sah, dan orang yang menjadi makmum tersebut memperoleh pahala jamaah.
Tiba-tiba datang orang bermakmum pada orang yang sholat jenazah, kalau ikut sholat dari awal takbir maka berjamaahnya tidak sah karena litaazuril mutaba'ah. Tapi kalau dia ikut di takbir terakhir, dia dihukumi sah (sholat berjamaahnya).
Sumber: masrawy