Udara Terik Papua dan 'Lambatnya' Lapangan Tenis
Petenis Jawa Timur Aldila Sutjiadi mengembalikan bola ke arah lawannya petenis Papua Novela Rezha dalam partai semi final tenis beregu putri PON Papua di Jayapura, Papua, Kamis (30/9/2021). Jawa Timur berhasil melaju ke final setelah menang dengan skor 2-1.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petenis putri Jawa Timur (Jatim), Aldila Sutjiadi, bukan hanya harus berjuang mengatasi pemain lawan dalam perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua pada 2-15 Oktober. Peraih medali emas pada nomor ganda campuran Asian Games 2018 itu juga harus menghadapi tantangan udara terik Papua.
''Memang di sini lebih panas dari Jakarta. Tapi, kita sudah siap dengan panasnya Papua,'' kata Aldila kepada Antara usai pertandingan melawan Jawa Tengah pada perempat final tenis beregu putri di Sian Soor Tennis Center, kantor Wali Kota Jayapura, Rabu.
Ia mengaku telah mengantisipasi panas terik arena tenis dengan beberapa kali bermain sebelum memulai event. ''Kita banyak bawa elektrolit, banyak minum supaya enggak dehidrasi," ujarnya.
Tantangan tidak hanya datang dari teriknya udara Papua. Atlet yang memperkuat provinsi Jawa Timur itu juga merasa lapangan cukup lambat dibandingkan lapangan yang lain. Hal tersebut mengingat sejumlah lapangan di arena tenis terbilang baru.
"Kemungkinan karena lapangan baru, jadi masih kasar, jadi lapangannya lambat. Cuma, kita sudah menyesuaikan itu," kata Aldila.
Lebih jauh, atlet pelatnas tersebut melihat PON XX Papua merupakan ajang berkompetisi para pemain-pemain nasional terbaik. Sehingga, gelaran olahraga multievent tersebut juga dapat menjadi panggung bagi atlet-atlet muda berbakat.
"Pastinya banyak pemain-pemain nasional yang ingin bermain dengan pemain timnas,'' katanya. ''Dan, juga pastinya menjadi salah satu kesempatan mereka untuk bermain dengan kita.''
Komentar