REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah rata-rata resep bulanan obat cacing dan antiparasit Ivermectin melonjak di tengah pandemi Covid-19. Klaim itu berasal dari hasil analisis yang menunjukkan peningkatan tajam dalam penggunaan Ivermectin secara off-label, yaitu pemanfaatan obat untuk peruntukan di luar persetujuan lembaga pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA).
Ivermectin belum diizinkan dan disetujui oleh FDA untuk mencegah atau mengobati Covid-19. Namun, penyalahgunaan Ivermectin dan overdosis meningkat di tengah pandemi.
Fakta itu terkuak dari banyaknya telepon masuk ke pusat kendali racun atau toksisitas akibat keracunan Ivermectin. Belum lama ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah mengingatkan kembali bahaya penggunaan Ivermectin di luar peruntukan resminya.
You are not a horse. You are not a cow. Seriously, y'all. Stop it. https://t.co/TWb75xYEY4
— U.S. FDA (@US_FDA) August 21, 2021
Dalam laporan terbarunya, Komodo Health menganalisis peresepan Ivermectin tingkat negara bagian selama Januari 2019 hingga Mei 2021. Menurut perusahaan yang memetakan perawatan kesehatan berdasarkan real world data itu, angka peresepan Ivermectin mengalami lonjakan 72 persen dibandingkan sebelum pra pandemi dengan jumlah rata-rata resep bulanan dari 39.864 menjadi 68.428.
Komodo Health juga melihat adanya peningkatan bulanan 34 persen di penyedia yang meresepkan obat, yakni dari 15.835 menjadi 21.233. Negara bagian yang memperlihatkan peningkatan peresepan Ivermectin terbesar adalah Idaho, New Mexico, dan Wyoming, masing-masing naik 258 persen, 216 persen, dan 204 persen.
Negara bagian dengan peningkatan terbesar penyedia yang meresepkan obat adalah New Mexico, South Dakota, dan Alaska, yaitu 172 persen, 118 persen, dan 117 persen. Menurut Komodo Health, peresepan Ivermectin di luar persetujuan FDA meningkat dari dokter spesialis anestesi, dokter umum, rehabilitasi medis, dan paru.