REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi deflasi sebesar 0,04 persen pada bulan September 2021. Ini merupakan deflasi kedua sepanjang tahun setelah pada Juni lalu mengalami deflasi 0,16 persen.
Kepala BPS, Margo Yuwono, menjelaskan, deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,57 pada Agustus lalu menjadi 106,53 pada September. Dengan angka deflasi sebesar 0,04 persen, Margo menyampaikan, laju inflasi tahun kalender (Januari-September) sebesar 0,80 persen. Adapun inflasi secara tahunan (year on year/yoy) tercatat 1,6 persen.
"Dari 90 kota IHK, 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota masih mengalami inflasi," kata Margo dalam konferensi pers, Kamis (1/10).
Lebih lanjut, ia menyampaikan, deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo yakni 0,90 persen. Penyebab utama terjadinya deflasi di Gorontalo yakni akibat penurunan harga cabai rawit yang memberikan andil deflasi 0,47 persen. Selain itu, ikan tuna dan ikan layang juga menyumbang andil deflasi 0,13 persen dan 0,11 persen.
Sementara itu, daerah yang masih mengalami inflasi dan tertinggi yakni di Pangkal Pinang. Inflasi tercatat 0,60 persen yang disumbang dari komoditas ayam ras dengan andil 0,26 persen. Selain itu ada pula ikan selar yang menyumbang inflasi 0,18 persen serta bayam 0,08 persen.
Adapun secara nasional, Margo menyampaikan, terjadinya deflasi akibat dari kelompom pengeluaran makanan minuman, dan tembakau. Kelompok tersebut mengalami deflasi hingga 0,47 persen dan memberikan andil deflasi 0,12 persen.
Lebih detail, kelompok komoditas yang menyebabkan deflasi yakni dari bahan pangan pokok. "Komoditas utama yang menyumbang andil deflasi yakni telur ayam ras 0,07 persen, cabai rawit, 0,03 persen, serta bawang merah 0,03 persen," kata dia.