REPUBLIKA.CO.ID, VIRGINIA -- Lembaga penelitian AidData menemukan total utang 165 negara ke China melalui proyek Belt and Road Initiative (BRI) mencapai 365 miliar dolar AS yang tak transparan. Pinjaman tersebut dengan sistematis tidak dilaporkan ke lembaga internasional seperti Bank Dunia.
Penelitian yang memakan waktu selama empat tahun itu menemukan beban utang di simpan di neraca publik menggunakan istilah pinjaman semi-swasta dan bertujuan khusus.
"(Pinjaman ini) jauh lebih besar dari yang diketahui oleh institusi penelitian, lembaga pemeringkat kredit atau organisasi antar-pemerintah yang memiliki tanggung jawab pemantauan kredit," kata AidData seperti dikutip the Guardian, Jumat (1/10).
AidData menemukan utang 42 negara pendapat rendah (LMIC) ke China termasuk Papua Nugini, Maladewa, Brunei, Kamboja dan Myanmar melampaui 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka. AidData mengatakan Laos memiliki utang 'tersembunyi' yang sangat banyak.
Proyek kereta China-Laos yang didanai utang tak resmi senilai 5,9 miliar dolar AS mencakup sepertiga PDB Laos.
Pada tahun 2013 lalu Presiden Xi Jinping meluncurkan proyek BRI sebagai program investasi internasional China.
Baca juga : Erick Thohir: Sejak Lama BUMN Asyik dengan Dirinya Sendiri
Ratusan negara pendapatan rendah menandatangani kesepakatan pinjaman dengan China untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur besar. Tapi kini proyek ini mendapat saingan dari G7 yang meluncurkan inisiatif yang dikenal Build Back Better World (B3W).
B3W serupa dengan BRI yakni memberikan bantuan finansial pada negara-negara berkembang untuk membangun infrastrukturnya.