REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Pihak berwenang Bahama dan kuba menghalau ratusan warga Haiti di laut yang hendak ke Amerika Serikat (AS). Dua negara itu mengatakan akan memulangkan para imigran ke Haiti.
Angkatan bersenjata Bahama, Royal Bahamas Defence Force mengatakan mengerahkan kapal patroli ke tenggara Bahama untuk menjaga perbatasan dari 'lonjakan imigran' asal Haiti. Negara termiskin di Amerika itu dilanda krisis politik dan kemanusiaan.
Defence Force mengatakan dalam 10 hari terakhir kapal-kapal mereka mencegat lebih dari 1.000 warga Haiti. Pekan ini angkatan bersenjata Bahama itu mengunggah foto di Facebook sebuah perahu kecil yang penuh dengan penumpang.
"Angkatan Bersenjata Bahama sekali lain meminta individu untuk menahan diri dalam melakukan pelayaran jauh berbahaya dengan kapal beresiko, dan yang dalam prosesnya memakan banyak nyawa," kata Angkatan Bersenjata Bahama, Jumat (1/10).
Selasa (28/9) lalu Kementerian Luar Negeri Kuba mengatakan beberapa pekan terakhir para imigran Haiti tiba dengan kapal di pinggir pantai sebelah timur dan provinsi tengah negara itu. Para imigran yang tidak disebutkan jumlah mencoba masuk ke Florida.
Kuba dan Bahama mengatakan mereka akan memulangkan imigran ke Haiti. Angkatan Bersenjata Bahama mengatakan mereka akan segera memulangkan para imigran pada pekan.
Di Majelis Umum PBB awal bulan lalu Presiden Republik Dominika Luis Abinader menjelaskan, Haiti sudah menjadi 'masalah kawasan'. Republik Dominika berbatasan dengan Haiti di Kepulauan Hispaniola.
Beberapa pekan terakhir sekitar 30 ribu orang Haiti tiba di perbatasan AS-Meksiko untuk mencari suaka di AS. Pihak berwenang AS sudah memulangkan 5.000 orang ke Haiti.
Haiti sudah dilanda kelaparan sebelum gempa bumi dan pembunuhan presiden yang memicu krisis politik dan lonjakan kejahatan kelompok kriminal.
Kementerian Luar Negeri Kuba mengatakan 'harus ada kerja sama untuk mengamankan, menertibkan dan membentuk imigrasi rutin'. Mereka mengatakan gelombang imigrasi disebabkan 'tatanan internasional yang tidak adil dan merata'.